Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari dianggap sebagai hari "kasih sayang" bagi sejumlah orang di negara kita. Banyak yang mengekspresikan hari itu dengan berbagai cara.
Pemuda-pemudi yang ditanya tentang merayakan hari kasih sayang pun banyak memberikan jawaban yang bermacam-macam.
Ada yang ingin bersama kekasihnya, ada yang ingin bersama dengan keluarganya, dan ada juga yang mengatakan bahwa kasih sayang tidak hanya jatuh pada tanggal 14 Februari.
Tapi bagaimana Valentine dalam pandangan islam?
Kita sadari, arus moderenisasi begitu keras sehingga sulit untuk menghindar namun masyarakat sekarang lebih pintar dan bisa memilah informasi untuk menjadikan kehidupannya lebih baik. Bila masih ada saudara kita yang terjebak dengan arus moderenisasi yang negatif, marilah kita sama-sama bergandengan tangan untuk saling menolong agar kehidupan ini bisa kita manfaatkan dengan baik.
Dalam era globalisasi, arus informasi yang begitu kuat menjadikan kita mengenal budaya-budaya atau hal asing yang tanpa kita sadari kita tidak tahu tentang sejarah budaya atau hal tersebut tapi kita melakukan atau mengikuti hal tersebut. Valentine, misalnya.
Sebelum masuk dalam isi tersebut marilah kita lihat sejarah dari Valentine. walau banyak versi sejarah yang melatarbelakangi hari kasih sayang itu, marilah kita lihat dari beberapa literatur atau kisah saja.
Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 – 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajuritnya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang.
Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi. Lama kelamaan tindakan mereka diketahui oleh Raja Claudius, sang raja pun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan Santo Marius yaitu berupa hukuman mati.
Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu. Dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk Valentine hingga menjelang kematian Valentine.
Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine. Dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.
Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.
Versi lain :
Bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Peringatan hari besar ini dirayakan untuk menghormati Juno (Tuhan Wanita) dan Perkawinan, serta Pah (Tuhan dari Alam). pada saat itu digambarkan orang-orang muda (laki-laki dan wanita) memilih pasangannya secara diundi, kemudian mereka bertukar hadiah sebagai pernyataan cinta kasih. Dengan diikuti berbagai macam pesta dan hura-hura bersama pasangannya masing-masing.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”. Dalam Islam hal ini tentu termasuk Syirik, artinya menyekutukan Allah. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah, adalah putra Nimrod, the hunter (dewa Matahari). Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Belum lagi produk barat yang mengambil kesempatan atas perayaan Valentine, baik itu yang memberikan coklat, telepon genggam, baju, bunga, dan lain-lain. Peningkatan keuntungan sangat besar menjelang hari kasih sayang tersebut.
Penjajahan moral dan pemikiran yang telah lama kita alami ini tetap menjadi dilema. Globalisasi yang telah merasuki Indonesia tanpa sadar menimbulkan efek negatif yang disebut Globalism. yaitu terjajahnya negara berkembang oleh negara adidaya atas pemikiran dan kebutuhannya.
haruskah pemikiran kita terjajah atas hari yang dimanipulasi tersebut, dengan memberikan hadiah-hadiah yang berkiblat kepada Valentine, serta mengiyakan untuk merayakan Valentine yang tidak kita ketahui asal-usulnya.
Sejarah Valentine di atas menjelaskan kepada kita apa dan bagaimana Valentine’s Day itu, yang tidak lain bersumber dari penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan kasih sayang. Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine?
Adakah ia merupakan hari yang istimewa?
Adat kebiasaan?
Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?
Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri muslim – yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain.
Padahal tidak sedikit pun sejarah diatas menggambarkan apa yang telah terjadi sekarang ini terkait hari kasih sayang. Kalau kita melakukan hal tersebut. bisa dikatakan hal itu mengikuti cara beribadat mereka dan mengikuti mereka.
memang hal ini disangkal dengan istilah anak gaul atau agar tidak ketinggalam jaman. ya, istilah itu yang membuat anak-anak muda (baik laki-laik dan perempuan) tenggelam dengan suatu hal yang tidak disadari telah menyimpangkan dirinya sendiri dengan berkiblat pada suatu hal yang menyesatkan.
Budaya Barat yang begitu kuat membuat kita mengikis nilai-nilai penting yang telah ditanamkan oleh orang tua kita.
sehingga istilah moderenisasi kita telan bulat-bulat tanpa diteliti dan dikritisi dengan baik
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka
Kasih sayang tidaklah dilarang dalam Islam dan Bumi ini pun merupakan salah satu tempat kasih sayang itu berada namun kasih sayang yang ada itu, tidaklah harus berkiblat pada satu hari dan sehari untuk setahun, dan bukan berarti kita juga harus berkiblat pada hari Valentine yang seolah-olah meninggikan ajaran lain diatas Isalam.
Islam, menjunjung kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. bahkan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW adalah seorang manusia mulia yang penuh kasih sayang dan selalu mengajarkan umatnya untuk saling memberikan kasih sayang.
Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Saudara muslimku, masihkah Valentine itu penting?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar