19 Februari 2011

Hari bebas Kendaraan


Hei, ini liputan kedua saya, jelasnya sih saya bingung ini yang keberapa. he he he. Tapi sudahlah saya anggap ini liputan kedua.
Liputan ini tentang "Hari Bebas Kendaraan" yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka mengurangi polusi udara yang ada di Jakarta. Pada awalnya Hari Bebas kendaraan atau Car Free Day (CFD) diadakan satu kali dalam satu bulan oleh pemerintah. Namun setelah mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dan didukung oleh fakta bahwa CFD dapat mengurangi polusi udara di jakarta, maka CFD menjadi dua kali dalam sebulan, yaitu minggu kedua dan keempat setiap bulan.
Liputan ini pada awalnya adalah ide pertama ketika mendapat tugas dari dosen Jurnal Media Elektronik saya. Namun karena kurangnya gambar establish dan Soundbite maka liputan ini jadi harus diulang. Bahkan Oncam yang dilakukan pun harus diulang dan diganti oleh saya (hehehe). Karena CFD hanya minggu kedua dan keempat, maka mau tidak mau saya harus menunggu dua minggu untuk melakukan peliputan  ulang.
CFD, sangat luar biasa responya bagi masyarakat Jakarta. Hal ini terbukti dari saya sebagai saksi mata yang melihat langsung banyaknya warga Jakarta yang memadati jalan Sudirman-Thamrin, Bundaran Hi, dan Monumen Nasional pada pagi hari.
Bayangkan, kendaraan tidak boleh memasuki jalur itu dan harus memutar pada jam CFD. Hal ini juga berlaku kepada saya.
Saya yang sudah janjian dengan Dhini pun memilih ATM depan Cijantung, sebagai tempat ketemuan untuk liputan CFD di Bundaran Hi dan sekitarnya.
Pada pagi itu, saya dan Dhini bertemu didepan ATM Cijantung. Saya sudah mempersiapkan handycam dan peralatan lainnya.
Dalam perjalanan itu, Jakarta cukup sepi dan lenggang, saya berharap Jakarta setiap hari bisa seperti ini (Amien Ya ALLAH).
Udaranya yang begitu segar membuat saya membuka kaca helm saya dan menghirup udara segar (Aaaah) dalam-dalam. Dhini pun demikian.
Seperti biasa, saya melakukan perjalanan menuju kampus saya melewati Pondok Indah. Daerah yang biasanya ramai, sekarang cukup sepi. Saya senang sekali pada saat itu. Sebagai pengguna kendaraan motor, saya seringkali mengalami kemacetan, disemprot knalpot hitam, pengguna kendaraan lain yang pada emosi, sampai kehujanan. saya rasa banyak juga yang mengalami hal serupa. Namun pada saat itu, Jakarta tampak Indah.hehehehe
Ok, perjalanan saya setelah bertemu dengan Dhini langsung menuju kampus saya. Setelah sampai, saya langsung senyum-senyum dengan pak satpam yang tidak kenal lelah menjaga kampus tercinta ini. Salut dengan para satpam (Semoga konsisten dan tegas dalam menegakan peraturan-peraturan yang ada, termasuk larangan merokok di Kampus). Saya pun memarkir motor saya. Seperti biasa saya berSMS dengan taman-teman kelompok saya, yang saya singkat saja hal serupa kembali terulang, mereka tidak bisa datang.
Saya langsung membuka box motor saya dan mengambil peralatan untuk meliput. Dhini pun mengecek peralatannya. Setelah siap, kami pun berangkat menuju lokasi liputan, lokasi pertama yaitu Sudirman-Thamrin.
Liputan ini saya ulang dua kali, karena yang pertama gambar-gambarnya kurang dan soundbitenya tidak cukup. Liputan pertama CFD, membuat saya menjadi olahragawan dan liputan kedua CFD membuat saya seperti pejalankakiwan.
Banyak warga yang menikmati CFD, saya justru salah satu warga yang terimbas CFD karena harus jalan "jauh" dari satu lokasi kelokasi lain. huhuhu.
Tapi saya cukup menikmati, meski esoknya badan saya meriang-meriang dan jatuh sakit.
Balik lagi ketopik.
Saya pun berjalan dari kampus saya yang berada dibelakang sensi, menuju halte Bus Way di Ratu Plaza. Yap, saya berjalan lagi, tugas liputan ini membuat saya menjadi pejalankakiwan sejati meski terpaksa. Sudah kayak difilm-film jejak petualang.
Liputan CFD ini mengharuskan kami (saya dan Dhini) untuk berjalan dan menggunakan Bus Way, karena hanya Bus Way yang boleh masuk jalur CFD. Curang*.
Saya pun berjalan menuju halte Bus Way Ratu Plaza. Sesampainya dihalte dan mau naik keatas. Seperti biasa. "Panjang bener jalan menuju haltenya" ujar saya.
Kami pun akhirnya sampai ketempat pembayaran Bus Way. Selesai membayar kami pun menunggu Bus Way yang akan mengantarkan kami ke Bundaran HI. Dari halte yang memiliki dominan kaca, saya bisa melihat beberapa orang yang lalu lalang menaiki sepeda atau berjalan bersama teman atau keluarganya.
Wah, pemandangan yang menyenangkan sekali. terlebih saya liputan dengan pacar. Ahey..hehehe
Saya yang tadinya udah nyiapin badan bakalan cape n males mulai bersemangat. Minggu yang menyenangkan datang kembali.
Bus Way pun datang tidak lama. Saya dan Dhini pun naik dan langsung mencari tempat duduk yang PW. Bus Way berjalan meninggalkan halte Ratu Plaza mengantar kami menuju Bundaran HI. Saya pun mencoba tidur untuk mengumpulkan tenaga dengan dasar hari ini pasti menguras tenaga.
Namun hal itu tidak terjadi, banyaknya warga Jakarta yang menikmati CFD membuat saya terkagum dengan apa yang saya lihat dari dalam Bus Way. Banyak sekali warga yang datang ke CFD ini. Bak lautan manusia.
Beraneka usia ada disitu, beraneka jenis kelamin pun ada distiu (Mank ada berapa ya? saya ngawur begini)
Luar biasa sekali antusias masyarakat terhadap CFD, dalam Bus Way saya berdecak kagum. Saya yang norak loncat-loncat membuat Dhini harus turun tangan menjinakan saya. Maafkan kakanda, adinda.
Dalam Bus Way saya sudah tidak sabar ingin turun dan merasakan hawa nafsu, eh salah, hawa CFD, mantap.
Namun Bus Way yang harus transit dari halte satu ke halte yang lain membuat saya rada jengkel. huhuhu. Bukan karena transitnya, tapi kenapa ya, kalau menunggu Bus Way datang itu lama sekali ketika menunggu dihalte Bus Way. padahal pemerintah mengatakan akan tepat waktu. Akan tetapi kenyataanya. Ah sudahlah. Menjadi sebuah pemandangan yang tidak asing lagi di Indonesia.
Hingga akhirnya Dhini memberi tahu kepada saya, bahwa kita akan turun di Dukuh Atas. Saya yang tidak tahu Dukuh Atas, pada saat itu cuma manggut-manggut saja.
Haltenya pun tiba, saya dan Dhini turun di Dukuh Atas. Pada saat itu saya masih tidak sadar akan keberadaan sarana olah raga di Dukuh Atas (baca : Panjangnya jalur turun penumpang), saya masih terkesima dengan warga yang menikmati CFD, maklum saya orang udik yang jarang melihat hal seperti itu. hehehehe.
Dhini pun menggandeng tangan saya untuk menuju Bundaran HI. Saya berkata kepada Dhini bahwa saya ingin mengambil gambar patung Pak Dirman dan Dhini menuntun saya menuju depan patung Pak Dirman. saat itu saya kagum dengan Dhini, Ia seperti mengenal sekali daerah situ. Kalau di Dora The Ekplore ada peta agar tidak tersesat, maka saya ada Dhini agar tidak tersesat. he he he
Piss Ndud.
Ketika saya berjalan menelusuri halte Dukuh Atas, pikir saya mulai memberi kode, "Buset ini jalan menuju kebawah jauh amat" ujar saya dalam hati..
Saya yang mulai resah dengan hal ini mulai joget-joget tidak jelas menandakan saya sedang mau ngelucu agar tidak cape. memang tidak ada hubungannya sama sekali, entah kenapa terkadang saya suka seperti itu. Dhini pun menjinakan saya kembali.
Setelah saya dibawah, luar biasa sensasi halte BusWay Dukuh Atas, kayak naik gunung terus turun gunung. Yang kurang cuma pohon-pohon, air terjun dan sungai.
Setelah dibawah saya pun menuju patung Pak Dirman. Sesampainya, saya takjub melihat patung tersebut, bayangkan kemerdekaan kita diraih dengan jiwa raga para pahlawan. Saya teringat dengan satu adegan ketika Pak Dirman diminta Pak Karno untuk berjuang, padahal saat itu Pak Dirman sedang sakit. Pak Karno mencemaskan sakit yang dimiliki Pak Dirman, namun Pak Dirman mengatakan "Pak Dirman memang sakit, tapi Jendral Sudirman tidak pernah sakit".
Luar biasa, kata-kata dan kenyataan yang begitu hebat. Pantaslah patung Pak Dirman mantap berdiri dengan gagah sesuai dengan perjuangannya.
Kalau patung ini bisa bicara mungkin tangan yang sedang hormat tidak diletakan seperti sedang hormat lagi. Mungkin patung ini sedang menangis seraya kedua tangannya menyeka air matanya yang keluar dari matanya, akibat melihat Indonesia seperti sekarang ini.
Ah, saya sudah seperti pengamat saja.
Saya pun mengambil establish patung Pak Dirman dan mengambil gambar-gambar lain. Setelah itu saya menyuruh Dhini untuk oncam didepan patung Pak Dirman. Setelah beberapa kali Take. Dhini pun tampak tidak puas, begitupun dengan saya. Oncam pun dihentikan dengan mengambil gambar-gambar lain. karena takut warga sudah para bubar dan pulang kerumah masing-masing.
Saya dan Dhini pun berjalan menuju Bundaran HI. Saat itu saya baru mengerti, alangkah jauhnya jarak patung Pak Dirman dengan Bundaran HI. Oh my God.Dalam perjalanan itu, saya mengambil beberapa gambar.
Ketika hampir mendekati Bundaran HI. Atas perintah Dhini saya pun mengiyakan agar saya saja yang melakukan oncam untuk liputan CFD ini.
Saya langsung Dag-Dig-Dug. Karena saya tidajk pernah oncam. Tapi ini pelajaran yang baik untuk saya. Setelah beberapa kali take dan salah, akhirnya dapat satu yang lumayan.Saya pun senyam-senyum tidak jelas. Saya kepikiran saja, ketika liputan ini diputar didepan kelas. Alamakjang saya akan terlihat oleh semua mahasiswa dan dosen Jurnal Media Elektronik.
Sebagai manusia yang urat malunya masih tebal saya sudah kebayang, muka saya pasti saya tutupin dengan tas.
Perjalanan pun berlanjut, saya menuju Bundaran HI. Dhini yang sejak dari Bus Way di Ratu Plaza berSMSan dengan teman-teman jurnalistik dari kelompok lain dikelas Jurnal Media Elektronik menerima kabar, kalau teman dari kelompok lain berada dipos Polisi depan Bundaran HI.
Saya dan Dhini pun menuju tempat tersebut, dan terlihatlah para pemuda dan pemudi sedang nongkrong di pos Polisi.
Setelah bercengkrama dan ngobrol sebentar, kami pun berpisah karena saya butuh soundbite. Saya dan Dhini meuju seberang dan mencari orang-orang yang bisa saya jegat dan meminta agar mau diwawancarai. Setelah sekian lama, akhirnya saya menemukanya. Alhamdulillah dimudahkan Allah SWT.
Setelah saya mendapatkan soundbite, jadwal berikutnya adalah meliput Oleh-oleh haji, yang sebelumnya sudah saya posting dengan judul Batavia 1740 sebuah rekonstruksi sejarah. Kalau sudah baca yang Batavia 1740 sebuah rekonstruksi sejarah pasti tahu kalau liputan CFD ini adalah liputan sebelum liputan Batavia 1740.
Singkat kata setelah oleh-oleh haji batal untuk dijadikan bahan liputan, saya dan Dhini pun berangkat menuju kawasan kota tua.
sepulang dari situ, otot  tegang-tegang. tapi semuanya merupakan pengalaman yang menyenangkan.
semoga bisa menikmati liputan CFD ini.
Angga Bratadharma dan Dhini Oktavianti dari Kawasan Sudirman Thamrin melaporkan

Tidak ada komentar: