Era reformasi, ditandai dengan gemuruh unjuk rasa yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia, Jakarta menjadi sentral unjuk rasa kala itu.
Unjuk rasa yang didominasi oleh mahasiswa yang mengatasnamakan reformasi, turun ke jalan untuk mengaspirasikan suara mereka dan menuntut agar rezim orde baru turun dari tahta kekuasaan.
Saat itu, kerusuhan tidak terbendung lagi, penjarahan pun terjadi dimana-mana serta ketakutan menyelimuti warga Indonesia. hanya satu permintaan mereka, yaitu : meminta agar Presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia beserta pembantunya.
Kerusuhan yang semakin memanas dikota Jakarta ini membuat TNI menurunkan anggotanya untuk mengamankan kota Jakarta. Para demonstran yang semakin liar ini pun membabi buta menyerang aparat keamanan dengan berbagai macam senjata yang mereka punya.
Tidak sedikit nyawa yang menjadi taruhannya, baik dari pihak pemerintah maupun pihak demonstran.
Memanasnya demonstrasi pada saat itu dimulai dari tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 yang akhirnya memicu kerusuhan Mei hingga unjuk rasa besar-besaran dan menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya.
Namun tragedi Trisakti bukanlah faktor yang membuat unjuk rasa menjadi panas, ada beberapa hal lain yang membuat unjuk rasa menjadi-jadi, tekanan dari luar negeri dan dalam negeri serta terpuruknya perekonomian Indonesia, menciptakan kenaikan mata uang dolar dan membuat rupiah turun drastis, hal ini membuat kalangan masyarakat menjadi pesimis dan brutal karena tidak terbelinya harga bahan pokok sehari-hari.
Reformasi.. menjadi salah satu solusi yang diminta oleh pengunjuk rasa pada saat itu, reformasi yang merupakan kata dari Re dan Formasi dianggap kunci kesuksesan untuk mengangkat kembali perekonomian Indonesia.
dari selang waktu yang tidak lama dari Mei 98. akhirnya mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR dan MPR, Harmoko yang merupakan orang terdekat RI 1 pada saat itu ikut berkomentar dan menyatakan agar Presiden turun dari jabatannya.
sebelum tahun 1998 Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang hampir sama dengan 98, namun dengan kehebatan Presiden Soeharto, Indonesia berhasil melewatinya dengan baik.
Kini orde baru telah tergantikan dengan era reformasi, era yang dijunjung pada awal mulanya, dimana Indonesia mencekam pada saat itu, mereka meyakini reformasi merupakan solusi terbaik untuk memecahkan masalah yang ada dalam negri ini, baik itu Korupsi, pelanggaran HAM, kebebasan berbicara dan lain -lain.
Namun Reformasi yang telah berjalan selama beberapa tahun dirasakan oleh sebagian kalangan sebagai usaha yang sia-sia. Reformasi tak kunjung membawa perubahan signifikan. Kehidupan ekonomi tak lebih baik dari pada zaman orde baru, bahkan oleh sebagian kalangan dianggap lebih buruk. Pemberantasan korupsi, penegakan hukum, reformasi birokrasi, belum juga beranjak dari tempatnya semula. Reformasi, alih-alih menumbuhkan semangat hidup dan optimisme, malah memunculkan pesimisme di kalangan masyarakat. Terlebih belakangan muncul kekhawatiran krisis ekonomi gelombang dua siap-siap menerpa Asia, termasuk Indonesia.
Belum lagi penjajahan kebebasan kita yang tidak terlihat, dimana pemikiran kita didoktrin oleh pemikiran barat, menjadi sebuah bom waktu yang menghancurkan negeri ini. Mulai dari kencangnya arus teknologi yang membutakan kita akan kebutuhan hingga adanya idealisme dari pihak asing, untuk menumpulkan pandangan kita sehingga nilai-nilai moral mulia yang telah ada dari orang tua kita menjadi luntur karena perkembangan jaman dan masuknya pemikiran asing.
Kebebasan yang diperjuangkan pada saat era Reformasi kini hanya berdiri pincang, kebebasan berbicara yang dijunjung sekarang menjadi dilema, dimana hanpir semua orang banyak berbicara tanpa ada batas dan tanggung jawab, berbicara seakan suci dari dosa dan lainnya
Sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia jelas penuh dengan dosa, hanya Tuhanlah yang Maha Benar, namun sekarang ini kita bisa melihat, reformasi yang dianggap sebagai pemenang dalam sebuah masalah ternyata menjadi bumerang untuk kehancuran kita. banyak yang menyalahkan alam ketika suatu bencana terjadi, ketika banjir, maka hujan yang disalahkan, ketika longsor maka alam yang disalahkan. lalu kapan kita menyalahkan diri kita.
Kebebasan yang diharapkan adalah kebebasan yang bertanggung jawab, misal dalam konteks media, sekarang ini banyak media yang memberitakan suatu peristiwa dilihat dari sudut yang menghasilkan kengerian atau ketakutan. padahal pintarnya suatu masyarakat bisa dilihat dari baiknya suatu media yang ada dinegara itu.
Namun kenyataan yang ada tidak demikian, sekarang ini lebih banyak media yang melihat kepentingan dari suatu keuntungan semata, yaitu komersil.
Lalu kapan mendapatkan kebebasan yang menjadi landasan moral untuk bisa menjadi negara yang bermartabat. Sinetron, acara yang mengupas seseorang, misal liputan “A” lagi berenang di kolam renang, dan sebagainya. apakah itu cukup mendidik.
meski begitu itu menjadi polemik karena Rating yang tinggi menanti acara-acara itu
kebebasan yang lawan kata dari penjajahan menjadi polemik karena kita terkadang melihat dari sudut kepentingan seseorang atau golongan.
Penjajahan pemikiran pun sekarang ini telah berpotensi serius, banyak budaya-budaya barat kita serap tanpa dikritisi atau dianalisisi dengan baik. Budaya tersebut kita telan bulat-bulat sebagai dasar agar tidak ketinggalan jaman tentang perkembangan jaman didunia.
Banyak barang-barang elektronik yang belum dibutuhkan namun sekarang ini bisa kita lihat banyak pemuda-pemudi bahkan anak kecil menggunakan barang elektronik yang belum pantas mereka pergunakan.
Misal HP. Blackberry sebagai HP yang begitu hebat isi tekhnologinya sangat dibutuhkan oleh para pengusaha atau pengambil kebijakan dalam mengurus kepentingannya. HP yang memiliki fitur-fitur yang begitu hebat ini lalu digunakan oleh anak SMP atau SMA yang notabenya sebagai pelajar tanpa ada usaha lain selain belajar. Apakah hal itu mereka butuhkan, secara psikolog, terkadang masyarakat kita melakukan hal itu didasari rasa gengsi. Sehingga nilai guna menjadi hilang.
haruskah perjuangan mereka di era Reformasi yang berteriak-teriak sampai kehausan kita sia-siakan. meski ada yang mengatakan rezim Orde Baru telah melakukan pelanggaran yang bergitu besar dengan 32 tahun kekuasaannya namun Reformasi yang baru berdiri beberapa tahun ini, telah mengalahkan rezim Orde Baru tersebut. benarkah kebebasan berbicara telah menghancurkan negara kita.
salam kebebasan***
Unjuk rasa yang didominasi oleh mahasiswa yang mengatasnamakan reformasi, turun ke jalan untuk mengaspirasikan suara mereka dan menuntut agar rezim orde baru turun dari tahta kekuasaan.
Saat itu, kerusuhan tidak terbendung lagi, penjarahan pun terjadi dimana-mana serta ketakutan menyelimuti warga Indonesia. hanya satu permintaan mereka, yaitu : meminta agar Presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia beserta pembantunya.
Kerusuhan yang semakin memanas dikota Jakarta ini membuat TNI menurunkan anggotanya untuk mengamankan kota Jakarta. Para demonstran yang semakin liar ini pun membabi buta menyerang aparat keamanan dengan berbagai macam senjata yang mereka punya.
Tidak sedikit nyawa yang menjadi taruhannya, baik dari pihak pemerintah maupun pihak demonstran.
Memanasnya demonstrasi pada saat itu dimulai dari tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 yang akhirnya memicu kerusuhan Mei hingga unjuk rasa besar-besaran dan menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya.
Namun tragedi Trisakti bukanlah faktor yang membuat unjuk rasa menjadi panas, ada beberapa hal lain yang membuat unjuk rasa menjadi-jadi, tekanan dari luar negeri dan dalam negeri serta terpuruknya perekonomian Indonesia, menciptakan kenaikan mata uang dolar dan membuat rupiah turun drastis, hal ini membuat kalangan masyarakat menjadi pesimis dan brutal karena tidak terbelinya harga bahan pokok sehari-hari.
Reformasi.. menjadi salah satu solusi yang diminta oleh pengunjuk rasa pada saat itu, reformasi yang merupakan kata dari Re dan Formasi dianggap kunci kesuksesan untuk mengangkat kembali perekonomian Indonesia.
dari selang waktu yang tidak lama dari Mei 98. akhirnya mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR dan MPR, Harmoko yang merupakan orang terdekat RI 1 pada saat itu ikut berkomentar dan menyatakan agar Presiden turun dari jabatannya.
sebelum tahun 1998 Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang hampir sama dengan 98, namun dengan kehebatan Presiden Soeharto, Indonesia berhasil melewatinya dengan baik.
Kini orde baru telah tergantikan dengan era reformasi, era yang dijunjung pada awal mulanya, dimana Indonesia mencekam pada saat itu, mereka meyakini reformasi merupakan solusi terbaik untuk memecahkan masalah yang ada dalam negri ini, baik itu Korupsi, pelanggaran HAM, kebebasan berbicara dan lain -lain.
Namun Reformasi yang telah berjalan selama beberapa tahun dirasakan oleh sebagian kalangan sebagai usaha yang sia-sia. Reformasi tak kunjung membawa perubahan signifikan. Kehidupan ekonomi tak lebih baik dari pada zaman orde baru, bahkan oleh sebagian kalangan dianggap lebih buruk. Pemberantasan korupsi, penegakan hukum, reformasi birokrasi, belum juga beranjak dari tempatnya semula. Reformasi, alih-alih menumbuhkan semangat hidup dan optimisme, malah memunculkan pesimisme di kalangan masyarakat. Terlebih belakangan muncul kekhawatiran krisis ekonomi gelombang dua siap-siap menerpa Asia, termasuk Indonesia.
Belum lagi penjajahan kebebasan kita yang tidak terlihat, dimana pemikiran kita didoktrin oleh pemikiran barat, menjadi sebuah bom waktu yang menghancurkan negeri ini. Mulai dari kencangnya arus teknologi yang membutakan kita akan kebutuhan hingga adanya idealisme dari pihak asing, untuk menumpulkan pandangan kita sehingga nilai-nilai moral mulia yang telah ada dari orang tua kita menjadi luntur karena perkembangan jaman dan masuknya pemikiran asing.
Kebebasan yang diperjuangkan pada saat era Reformasi kini hanya berdiri pincang, kebebasan berbicara yang dijunjung sekarang menjadi dilema, dimana hanpir semua orang banyak berbicara tanpa ada batas dan tanggung jawab, berbicara seakan suci dari dosa dan lainnya
Sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia jelas penuh dengan dosa, hanya Tuhanlah yang Maha Benar, namun sekarang ini kita bisa melihat, reformasi yang dianggap sebagai pemenang dalam sebuah masalah ternyata menjadi bumerang untuk kehancuran kita. banyak yang menyalahkan alam ketika suatu bencana terjadi, ketika banjir, maka hujan yang disalahkan, ketika longsor maka alam yang disalahkan. lalu kapan kita menyalahkan diri kita.
Kebebasan yang diharapkan adalah kebebasan yang bertanggung jawab, misal dalam konteks media, sekarang ini banyak media yang memberitakan suatu peristiwa dilihat dari sudut yang menghasilkan kengerian atau ketakutan. padahal pintarnya suatu masyarakat bisa dilihat dari baiknya suatu media yang ada dinegara itu.
Namun kenyataan yang ada tidak demikian, sekarang ini lebih banyak media yang melihat kepentingan dari suatu keuntungan semata, yaitu komersil.
Lalu kapan mendapatkan kebebasan yang menjadi landasan moral untuk bisa menjadi negara yang bermartabat. Sinetron, acara yang mengupas seseorang, misal liputan “A” lagi berenang di kolam renang, dan sebagainya. apakah itu cukup mendidik.
meski begitu itu menjadi polemik karena Rating yang tinggi menanti acara-acara itu
kebebasan yang lawan kata dari penjajahan menjadi polemik karena kita terkadang melihat dari sudut kepentingan seseorang atau golongan.
Penjajahan pemikiran pun sekarang ini telah berpotensi serius, banyak budaya-budaya barat kita serap tanpa dikritisi atau dianalisisi dengan baik. Budaya tersebut kita telan bulat-bulat sebagai dasar agar tidak ketinggalan jaman tentang perkembangan jaman didunia.
Banyak barang-barang elektronik yang belum dibutuhkan namun sekarang ini bisa kita lihat banyak pemuda-pemudi bahkan anak kecil menggunakan barang elektronik yang belum pantas mereka pergunakan.
Misal HP. Blackberry sebagai HP yang begitu hebat isi tekhnologinya sangat dibutuhkan oleh para pengusaha atau pengambil kebijakan dalam mengurus kepentingannya. HP yang memiliki fitur-fitur yang begitu hebat ini lalu digunakan oleh anak SMP atau SMA yang notabenya sebagai pelajar tanpa ada usaha lain selain belajar. Apakah hal itu mereka butuhkan, secara psikolog, terkadang masyarakat kita melakukan hal itu didasari rasa gengsi. Sehingga nilai guna menjadi hilang.
haruskah perjuangan mereka di era Reformasi yang berteriak-teriak sampai kehausan kita sia-siakan. meski ada yang mengatakan rezim Orde Baru telah melakukan pelanggaran yang bergitu besar dengan 32 tahun kekuasaannya namun Reformasi yang baru berdiri beberapa tahun ini, telah mengalahkan rezim Orde Baru tersebut. benarkah kebebasan berbicara telah menghancurkan negara kita.
salam kebebasan***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar