10 Februari 2011

Hendri alias Helen

Hendri (28) atau biasa di panggil Helena, yang berprofesi sebagai PSK waria di Taman Lawang ini terlihat cantik dan seksi dalam balutan yang dikenakanya pada saat itu. Waria, yang sudah 4 tahun berprofesi sebagai PSK waria di Taman Lawang ini, berasal dari Bengkulu dan baru pindah ke Jakarta pada tahun 2006 akhir. Ia diajak salah satu temannya yang tinggal di Jakarta lebih dulu. Helen panggilan akrabnya mengaku bahwa dirinya menyadari berbeda dari sesama jenisnya sejak duduk dibangku SD kelas I. Helen terbiasa bermain dengan perempuan dan memiliki teman perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hingga akhirnya Helen pun merasa tertarik dengan laki-laki.
Masa kecil Helen, lebih banyak di habiskan dengan  bermain bersama perempuan daripada dengan laki-laki. menginjak dewasa, tingkah laku Helen pun mulai menjadi-jadi, Helen mulai berdandan seperti perempuan dan memakai baju perempuan seperti  menggunakan bedak, lipstick, eye shadow hingga baju perempuan milik saudarinya.
Anak ke 6 dari 6 bersaudara ini mengaku hanya dirinyalah yang memiliki kelainan seksualitas, orang tuanya pun tidak menyadari kelainan yang dimilikinya sejak kecil hingga sekarang ini. Sebenarnya sebagian saudara Helen yang berada di Bengkulu mengetahui kelainan orientasi seksualitas dan apa yang dilakukanya di Jakarta, tapi mereka bersikap biasa dan tidak acuh atas apa yang terjadi pada dirinya. Ketika ditanya mengapa dirinya lebih memilih menjadi PSK waria, dirinya menjawab sambil mengibaskan rambutnya “ ini karena himpitan ekonomi ”.
Awalnya ketika di Bengkulu, Helen diajak oleh temanya untuk bekerja di Jakarta sebagai pegawai salon. Pada 2006 akhir Helen pun memutuskan pindah ke Jakarta dan bekerja di salon sesuai nasihat temanya, hal itu dilakukan untuk meningkatkan taraf hidupnya yang hidup susah di Bengkulu. Ketika di Jakarta, Helen bekerja di salon salah satu kenalan temannya yang mengajaknya ke Jakarta. Seiring waktu berjalan, Helen mulai tidak betah dan akhirnya dipecat oleh pemilik salon tempat dirinya bekerja. Helen yang tinggal bersama di kos dengan teman lelakinya yang mengajaknya ke Jakarta, mencurahkan isi hatinya mengenai pemecatan itu.
Akhirnya Helen pun banting stir menjadi PSK waria di Taman Lawang. Dirinya mengaku baru 4 tahun bekerja sebagai PSK waria di Taman Lawang. Tapi pekerjaan ini bukanlah pekerjaan baru baginya, karena Helen telah lama menjadi PSK waria sejak masih tinggal di Bengkulu, meski begitu dirinya tetap berharap memiliki pekerjaan yang lebih layak ketimbang jadi seorang PSK waria.
Dalam perjalanan karirnya, Helen pun mulai membentuk tubuhnya agar mirip seperti perempuan, dirinya mulai menggunakan make up sungguhan dan membeli baju-baju perempuan yang seksi. Rambut Helen pun mulai dipanjangi agar mirip seperti perempuan, rambutnya dirawat agar halus dan bagus seperti milik perempuan yang sesungguhnya. Helen merubah penampilan secara make over, hingga sulit membedakan dirinya dengan laki-laki, kelihaiannya memake up membuat orang pangling siapa Helen sebenarnya.
Helen biasanya berangkat dari kos-kosan yang beralamat di Tebet, Jakarta Selatan dengan menggunakan trasnportasi umum, tapi Ia menggunakan baju biasa sebelum menggunakan baju kerjanya di Taman Lawang. Helen mulai mangkal di Taman Lawang pada pukul 00.00 WIB hingga 05.00 WIB.
Dalam perjalanan hidupnya, Helen pun mendapatkan dambaan hati yang mengerti dirinya. Teman yang mengajak dirinya untuk pindah ke Jakarta dan tinggal bersama dikos-kosan ini ternyata menjadi kekasih Helen hingga sekarang. Laki-laki yang tidak ingin diberitahukan namanya oleh Helen ini adalah laki-laki yang hebat menurutnya.
Walau Helen berprofesi seperti ini, tapi pacarnya tidak cemburu melainkan memberi dukungan kepadanya. Menurutnya, apa yang dirinya lakukan semata-mata untuk mencari sesuap nasi dari ibukota yang keras ini. dengan adanya pacar, Helen merasa dirinya terlindungi dari siapa pun.
Seiring waktu, Helen pun mulai kenal dengan waria-waria lain di Taman Lawang, hingga akhirnya Helen pun ikut dalam komunitas waria di taman Lawang. Komunitas ini membuat Helen lebih percaya diri, Helen di data dan dicatat dalam pembukuan komunitas, mulai dari asal daerah, alamat sekarang, tanggal lahir dan lain-lain. Helen mengaku apabila terjadi sesuatu terhadap dirinya maka komunitas ini langsung menangani dan mengurus dirinya.
Ketika mangkal di Taman Lawang, tidak langsung begitu saja mangkal di Taman Lawang tetapi ada prosedurnya. Dimana waria yang datang dan ingin mangkal di haruskan mendata dirinya di komunitas waria Taman Lawang. Hal ini agar mudah mengenal waria yang ada di Taman Lawang dan menjaga solidaritas waria sehingga tidak ada waria yang asal serobot mangkal di Taman Lawang.
Pernah suatu ketika Helen mengikuti program Be a Man yang diadakan di salah satu stasiun swasta di Jakarta, dengan bermodal percaya diri, Helen pun mendaftar dan mengikuti seleksi Be a Man bersama teman-teman waria lain. Namun untung tak dapat di raih, ternyata Helen tidak lolos seleksi Be a Man. Kesedihan menyelimuti helen pada saat itu tapi atas dukungan teman-teman waria lain serta kekasih tercinta, Helen pun kembali percaya diri untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda, ternyata terbukti untuk Helen. Helen menyabet predikat sebagai Miss Waria pada tahun 2010 yang diadakan antar waria. Kemenangan itu membuat Helen sangat bangga dan membuat dirinya lebih dicintai oleh kekasihnya. Kegagalan yang pernah menimpa dirinya pun dia lupakan karena kemenangan yang di raihnya. Kebangaan pun memuncak karena waria yang mengikuti kontes kecantikan ini adalah waria-waria yang pernah memenangkan kontes kecantikan sebelumnya dan peserta yang mengikuti sangatlah banyak. Walau begitu Helen tidak mau menyombongkan atas kemenangan yang di raihnya, Ia memaknai kemenangan dirinya dengan membuat dirinya lebih baik lagi dari sekarang. Meski pernah meraih kemenangan kontes kecantikan waria, Helen tetap bekerja di Taman Lawang.
Walau pekerjaan yang dilakukannya berat tapi Helen lakukan dengan kesabaran, meski harus pulang pagi hampir setiap hari, Helen tetap melakukan rutinitas di pagi hari selayakanya orang biasa. Pada siang hari, Helen biasa menghabiskan waktu dengan bermain voli bersama teman-temannya di Monas, Tebet, Menteng dan lain-lain. Helen tidak memiliki pekerjaan selain menjadi waria di taman Lawang.
Setiap melayani pelanggan yang datang kepada dirinya di jalur Bus Way tempat dirinya mangkal, Helen menarifkan Rp.100.000 hingga Rp.800.000. Biasanya pelanggan dilayani didalam mobil atau Hotel, tergantung kemauan pelanggan. Tapi bagi pelanggan yang tidak memiliki uang cukup, biasanya bermain di dalam mobil sedangkan pelanggan yang memiliki uang banyak, Helen biasanya diajak bermain di Hotel yang cukup mewah. Dalam pekerjaan yang dilakukanya ini, terdapat resiko kekerasan yang dapat menimpa dirinya. Helen mengaku bersyukur karena tidak pernah mengalami kekerasan dalam melayani pelangganya. Namun teman waria Helen pernah mengalaminya dan pernah pula dilihat secara langsung temannya yang babak belur akibat kekerasan yang dilakukan pelanggan. Helen sangat menyayangkan kekerasan yang terjadi, meski waria memiliki seksualitas yang berbeda pada orang umumnya. Tapi waria tetap manusia biasa yang sama dalam hukum. Harus ada jaminan hukum atas keamanan bagi setiap manusia dan perlindungan sesuai HAM.
Dalam melakukan pekerjaan sebagai waria ini, Helen harus menyisihkan sebagian uangnya sebesar Rp.2000. per minggu untuk uang keamanan kepada preman. Preman inilah yang akan membelanya apabila ada razia waria oleh Satpol PP atau ada gangguan dari luar. Helen mengaku sangat tersiksa apabila tetangkap razia Satpol PP. Untuk bebas butuh waktu yang lama, waria yang terjaring razia biasanya harus masuk rehabilitasi terlebih dahulu baru bisa dibebaskan tapi apabila memiliki uang yang cukup untuk membebaskan diri maka bisa bebas lebih cepat tanpa harus masuk rehabilitasi.
Mami di Taman Lawang juga ada, hal ini untuk menyeimbangkan keadaan di Taman Lawang, misal ketika ada pertengakaran antara waria, maka mami akan turun tangan mendamaikan konflik yang terjadi. Oleh karenanya para waria harus menyetor uang sebesar Rp.20.000 perbulan kepada mami agar bisa tetap mangkal di Taman Lawang.
Walau terkadang ketakutan atas resiko pekerjaan yang dialaminya. Helen tetap bersabar dan tegar menghadapi kehidupannya. Helen berharap suatu saat bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang.
Ketika ditanya, apakah mau kembali menjadi laki-laki normal, Helen menjawab dengan santai, “kalau untuk sekarang, aku tidak mau kembali menjadi laki-laki normal”.
Sebuah dinamika kehidupan malam yang begitu berliku-liku tentang perjuangan hidup, tanpa melihat siapa dirinya tepi lebih kepada bagaimana dirinya menjadi dirinya untuk berjuang dalam hidupnya.

"Waria hanyalah manusia biasa yang sama dalam kehidupan"

                              Liputan yang memberikan pengalaman tentang kehidupan malam.

Tidak ada komentar: