17 Januari 2014

Mengenal Lebih Dalam Instrumen Tabungan di Perbankan


­­­­
Ilustrasi By: www.lexisnexis.com
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun hingga 5 tahun belakangan ini terbilang stabil bila dibandingkan dengan negara-negara di dunia. Perekonomian  Indonesia yang semakin baik ini juga diakui oleh Lembaga Riset Internasional, McKinsey Global Institute, yang akhirnya memperkirakan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang.

Meski Indonesia diperkirakan menjadi negara dengan perekonomian ke-7 terbesar, tetapi akses masyarakat akan industri perbankan masih kecil. Sangat disayangkan. Apalagi, hal tersebut cukup berkaitan dengan perekonomian secara umum, mengingat peranan perbankan cukup penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian. 

Rasio masyarakat terhadap akses perbankan juga masih rendah. Lembaga Riset Telematika Sharing Vision menyatakan hanya 32% penduduk Indonesia yang sudah memiliki rekening bank, sisanya yakni sebanyak 68% dari 246,9 juta orang penduduk Indonesia belum memiliki rekening perbankan.

Sejauh ini, masyarakat bisa dikatakan masih ditengah kebingungan akan kegunaan dan manfaat adanya institusi bernama bank. Masyarakat masih memandang bahwa bank hanya terbatas tempat menyimpan uang dan meminjam uang. Masih minim pengetahuan mengenai produk-produk mendalam di industri perbankan, bahkan diluar industri perbankan.

Secara umum, bank memiliki tugas untuk menghimpun dana masyarakat. Dari mata bank, dana yang dihimpun diistilahkan sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK sendiri terbagi dalam dua aspek, yakni pertama dana mahal, terdiri dari deposito. Kedua, dana murah, terdiri dari tabungan dan giro

Sedangkan dari mata masyarakat secara umum, dana yang disimpan di bank, diistilahkan sebagai tabungan konvensional. Masyarakat sendiri secara umum sudah mengetahui perbedaan antara tabungan konvensional dan deposito. Bahkan, tidak jarang seseorang yang memiliki tabungan konvensional di suatu bank, juga menempatkan dananya dalam bentuk deposito.

Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Adapun perbedaan antara tabungan konvensional dan deposito ialah terletak pada jangka waktu penempatan dana dan suku bunga yang ditetapkan. Tabungan konvensional, biasanya memiliki suku bunga yang lebih rendah bila dibandingkan dengan deposito. Jangka waktu tabungan konvensional juga relatif sebentar. Artinya, seseorang yang menempatkan dananya di tabungan konvensional bisa mencairkan dananya sewaktu-waktu.

Sedangkan deposito adalah produk bank yang memiliki jangka waktu panjang dan memiliki suku bunga yang terbilang tinggi bila dibandingkan dengan produk tabungan konvensional. Kendati memiliki suku bunga yang tinggi, tetapi produk deposito tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu. Ada ketentuan waktu yang disepakati.

Menurut Undang-Undang No. 10/1998, tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank

Seseorang yang menempatkan dananya di deposito, hanya bisa mencairkan dananya apabila sudah jatuh tempo. Dengan itu, seseorang mendapatkan dananya sesuai dengan suku bunga yang disepakati pada awal penempatan dananya. Bila mencairkan deposito tidak pada waktunya, maka dana yang didapat tidak mendapatkan suku bunga. Bahkan, bisa saja terkena charge.

Selain produk penyimpanan secara umum, baik itu tabungan konvensional maupun deposito, perbankan juga menyediakan suatu produk yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Tiap perbankan, biasanya memiliki nama-nama tersendiri bagi segmen nasabah dikelas menengah ke atas tersebut.

Bank BRI menyebut Nasabah BRI Prioritas, Bank BTN menyebut Nasabah Prioritas, Citibank menyebutnya Citigold, Bank Mandiri menyebutnya Mandiri Prioritas, dan semacamnya.

Karena jumlah dana yang ditempatkan masyarakat kelas menengah ke atas terbilang lebih besar dibandingkan masyarakat secara umum, maka perbankan biasanya memiliki sejumlah produk yang disesuaikan dengan segmen masyarakat tersebut, termasuk produk tabunganya yang biasa dikenal dengan tabungan premium atau tabungan prioritas.

Karakteristik tabungan premium sebenarnya hampir mirip dengan tabungan konvensional, hanya saja letak perbedaanya ada pada benefit yang diberikan perbankan dan jumlah dana yang disimpankan masyarakat. Biasanya, minimal dana yang disimpan nasabah disuatu bank sebesar Rp500 juta.

Dengan memiliki tabungan premium, maka terdapat berbagai kelebihan yang didapatkan masyarakat, yang tidak ada di tabungan konvensional. Kelebihan yang dimaksud, diantaranya adalah adanya berbagai fasilitas gratis transfer antar bank, fasilitas administrasi bulanan, suku bunga yang tinggi, dan semacamnya. Misalkan saja, Di Mandiri Prioritas, nasabah tidak hanya menerima pelayanan eksklusif dan fasilitas terbaik,  tetapi juga perhatian khusus terhadap pertumbuhan finansial nasabah.

Namun kendati dikatakan lebih 'berkelas' bila dibandingkan tabungan konvensional, tetapi masyarakat perlu menyadari kekurangan dari produk tabungan premium. Hat-hati, karena tabungan premium tidak hanya memiliki high return saja, tetapi terdapat juga high risk yang berlaku pada investasi tersebut.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-Undang (UU) tentang LPS, bank yang menjadi peserta LPS dijamin dananya sebesar Rp2 miliar. Lebih dari itu, LPS tidak menutupi.

Misalkan saja, bila ada seseorang yang mempunyai dana lebih dari Rp2 miliar dan menyimpannya disuatu bank, lalu dalam kurun waktu tertentu bank bersangkutan bangkrut, maka LPS hanya mengembalikan dana sebesar Rp2 miliar. Sisanya menunggu penjualan aset bank tersebut. Bila pada akhrinya aset tidak dapat dijual karena satu dan lain hal, maka masyarakat harus merelakan uangnya hilang.

Dalam konteks ini, masyarakat perlu berhati-hati dan mencermati dengan baik sebelum menggunakan produk tabungan premium. Tidak ada salahnya mencari tahu sebanyak mungkin informasi terkait tabungan premium, termasuk mencari tahu apakah bank yang hendak di datangi sudah menjadi peserta LPS atau belum.

Masyarakat perlu menyadari sulit untuk mendapatkan hasil investasi yang tinggi bila hanya bergantung pada instrumen tabungan premium semata. Sebab, sudah ada ambang batas dari suku bunga yang diberikan BI. Masyarakat harus sadar bahwa menabung hanya mendapatkan imbal hasil yang wajar, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menabung juga dapat memberikan rasa aman.

Bila masyarakat tidak teliti dalam menggunakan produk tabungan premium, maka kasus yang menimpa nasabah Bank Century dapat terjadi. Sudah marak diberitakan bahwa bangkrutnya Bank Century ternyata juga 'mematikan' nasabah-nasabahnya. Sebab, Bank Century tidak mengembalikan sejumlah dana yang dimiliki nasabahnya. Ini tentu ironi, mengingat Bank Century sudah diberi bail out oleh pemerintah. Namun, kenyataanya banyak nasabah yang mengeluhkan uangnya raib ditelan bumi.

Patut diketahui bahwa tren investasi di masyarakat Indonesia masih berkutat pada produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan, baik itu tabungan maupun deposito. Alasanya pun mudah, karena produk tabungan dan deposito relatif aman. Imbal hasil yang sudah pasti terjadi ditambah risiko kecil menjadi pilihan.

Dalam sebuah survei yang dilakukan Manulife Investor Sentiment Index (MISI) menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia lebih tertarik menyimpan dananya dalam bentuk tabungan ketimbang berinvestasi menggunakan produk diluar perbankan.

Bila berkeginan tetap memilih tabungan premium, namun perlu dititik beratkan pada suatu aturan tegas mengenai investasi. Aturan buku kuno soal investasi: tak ada investasi dengan keuntungan tinggi yang risikonya kecil. Kesemuanya menyesuaikan dengan imbal hasil dan risikonya. Bila imbal hasil tinggi, maka risikonya tinggi. Bila imbal hasil rendah, maka risikonya rendah.

Sumber dari iMoney Indonesia

20 Desember 2012

Tidak Ada Langkah Pemerintah, Fiscal Cliff Siap Guncang Indonesia

ilustrasi: joglosemar.co
 Jakarta--Isu fiscal cliff atau yang disebut dengan jurang fiskal, masih menjadi perbincangan hangat diseluruh dunia. Apalagi, kebijakan fiscal cliff ini akan berpengaruh sangat banyak, bila kebijakan pemangkasan APBN Amerika Serikat (AS) sebanyak USD600 miliar dilakukan oleh AS. Sudah barang tentu akan ada dampak tersendiri bagi perekonomian Indonesia.

Pembahasan mengenai fiscal cliff sendiri belum menemui kata sepakat antara Partai Demokrat dan Partai Republik, di AS. Namun, seiring waktu dan menjelang akhir tahun 2012 ini, kedua partai tersebut mulai menunjukkan kata sepakat, walau memang secara resmi belum dilakukan kesepakatan antara Partai Demokrat dan Partai Republik

Kata sepakat yang mulai menunjukkan batang hidungnya ini terlihat dari semakin intensifnya pertemuan antara Presiden AS Barack Obama dengan Ketua DPR dari Partai Republik, John Boehner. Meski keduanya berbeda Partai, dan mempunyai agenda tersendiri, namun kesepakatan untuk tidak mengambil kebijakan fiscal clliff seakan mulai terjadi.

Seperti yang diberitakan VoaIndonesia.com, para pemimpin Amerika perlahan-lahan mendekati kompromi mengenai mandat akhir-tahun untuk pemotongan anggaran program pemerintah dan kenaikan pajak bagi hampir semua pekerja Amerika.

Dalam hal ini Obama da Boehner sama-sama menghadapi masalah untuk meyakinkan para mitra politik masng-masing. Kendati demikian, kedua belah pihak berusaha menghindari agar tidak terjadinya pengambilan keputusan fiscal cliff

Terlebih daripada itu, bila kebijakan fiscal cliff dilakukan oleh AS, maka sejumlah ekonom di Indonesia berkeyakinan kebijakan itu dipastikan membuat AS akan mengalami resesi yang lebih parah, ketimbang resesi yang terjadi sebelumnya. Sudah barang tentu resesi yang terjadi di AS akan berpengaruh terhadap dunia. Terlebih, ekonomi AS menggerakan 20% ekonomi dunia

Pengaruhnya sendiri, bila fiscal cliff terjadi adalah melambatnya perekonomian dunia, dan berimbas kepada perekonomian di Asia, dan juga berimbas kepada Indonesia, yang termasuk kedalam negara di Asia. Dampaknya sendiri akan terasa dari kinerja ekspor negara China, yang merupakan eksportir terbesar bagi AS. Bila ekspor China mengalami perlambatan akibat fiscal cliff di AS, maka sudah barang tentu akan ada dampak kepada Indonesia, dimana China merupakan negara ekspor terbesar bagi Indonesia

Kendati demikian, banyak pengamat justru menyebut bahwa perekonomian China di tahun depan akan bertumbuh, meski terjadi sedikit perlambatan akibat krisis dunia yang diperkirakan banyak pengamat akan terus tejadi di tahun depan.

Namun, China sendiri sudah mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis, yang membuat China semakin mempunyai ketahanan dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan ini. langkah yang ditempuh China sendiri adalah meningkatkan belanja infrastruktur di daerah-daerah, yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat China, sehingga China mempunyai daya tahan lebih manakala AS mengambil kebijakan pemangkasan anggaran atau fiscal cliff

Lebih daripada itu, perekonomian China sendiri sudah mengalami perbaikan, menjelang akhir tahun ini. Indikator seperti ekspor juga mengalami perbaikan. Pada bulan September 2012 ini, misalnya, ekspor China bertumbuh 9,9%, lebih tinggi dari perkiraan banyak pengamat yang mematok pertumbuhan ekspor China diangka 5%. Bahkan, impor China yang selama tiga bulan berturut-turut di tahun 2012 ini mengalami penurunan, kini pada posisi September 2012 mulai menunjukkan perbaikan, dan meningkat 2,4%.

Tentu hal ini merupakan berita baik ditengah krisis ekonomi global yang masih tidak menentu, dan menghantui semua negara yang ada didunia. Apalagi, perekonomian China sendiri menjadi kepentingan bagi seluruh dunia, dengan dukungan total penduduk sebanyak 1,3 miliar dan PDB pada peringkat kedua setelah AS

Bagi Indonesia sendiri, isu fiscal cliff menjadi hangat diperbincangkan dikalangan ekonom dan pengambil kebijakan di Indonesia. Apalagi, fiscal cliff berdampak domino dan akan sampai juga kepada Indonesia. Hal tersebut mau tidak mau akan membuat ekonomi Indonesia sedikit melambat. Sebab, ekspor Indonesia akan terganggu, sementara impor terus mengalami peningkatan. Hal ini yang membuat Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2012 masih tercatat defisit sebesar US$ 176,6 juta. Angka ini menurun jika dibandingkan bulan Juni yang mencapai US$ 1,32 miliar.

Bila fiscal cliff diambil, maka perekonomian Indonesia bisa saja bertumbuh di bawah 5%, lebih rendah dari prediksi pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,8% di tahun 2013. Bahkan, kinerja ekspor akan semakin melemah, seiring Indonesia tidak mencari alternatif negara lain sebagai tujuan ekspor Indonesia, selain China

Sementara ekspor mengalami pelemahan, impor diprediksi akan terus mengalami peningkatan, dan terjadi ketimpngan besar antara ekspor dengan impor. Apalagi, pemerintah Indonesia masih membiarkan investasi yang masuk ke Indonesia berorientasi kepada pasar domestik, dan tidak diarahkan kepada investasi yang berorentiasi kepada ekspor Indonesia

Bila hal ini terjadi, maka bukan tidak mungkin pasar domestk Indonesia yang besar akan kebanjiran barang-barang impor, sementara ekspor mengalami pelemahan terus menerus. Bila tidak diantisipasi, maka bisa saja ekonomi Indonesia benar-benar mengalami perlambatan dari sisi eksternal dan internal.

Sisi eksternal Indonesia ialah tidak bisa menjaga kinerja ekspor akibat pelemahan perekonomian dunia, dan sisi internal adalah Indonesia tdak bisa menjaga pasar dalam negeri menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Karenanya, pembenahan dengan mencari negara lain sebagai tujuan ekspor Indonesia menjadi penting, dengan tidak luput menjaga investasi yang masuk untuk mendukung kinerja ekspor Indonesia

Lebih daripada itu, pembenahan infrastruktur menjadi penting agar Indonesia benar-benar mempunyai daya tahan yang tinggi.Sebab, bila fiscal cliff benar-benar dilakukan oleh AS, maka resesi dunia dipastikan terjadi. Bila Indonesia tidak menyiapkan segala sesuatunya manakala krisis menerobos masuk dan mengguncang keras Indonesia, maka Indonesia bisa saja mengalami krisis parah, terutama dari sisi stabilitas keuangan, yang dampaknya kepada krisis ekonomi di Indonesia

24 Juni 2012

Manfaat Susu Dalam Peningkatan Kualtias SDM di Indonesia

Jakarta - Istilah susu mungkin sudah sering kita dengar. Bahkan, beberapa diantara kita menjadikan susu sebagai salah satu asupan penting dalam satu hari dalam beraktivitas. Namun, banyak juga masyarakat yang tidak asing akan susu tapi asing dalam mengkonsumsinya.

Kesadaran masyarakat akan konsumsi susu terbilang kecil di masyarakat kita, terlebih di daerah terpencil di Indonesia. Tidak jarang masyarakat di perkotaan juga masih tidak mengkonsumsi susu.

Sebenarnya kesadaran masyarakat kita akan konsumsi susu disebabkan beberapa hal, yang menjadikan susu tidak asing ditelinga masyarakat, tapi asing saat dikonsumsi.

Pertama, susu sudah dihilangkan nilai pentingya di masyarakat. Sehingga peranan susu digantikan minuman multivitamin lain

Kedua, sosialisasi kepada masyarakat mengenai peranan susu dalam diri manusia masih minim dan belum menyeluruh.

Ketiga, masyarakat kita masih sulit membeli susu dan menkonsumsi susu tersebut, terlebih banyak masyarakat kita justru mengganti susu formula untuk anak-anak mereka dengan air bekas cuci beras. Hal ini disebabkan mahalnya susu bagi anak-anak mereka saaat selesai memberikan Air Susu Ibu (ASI).

Faktor-faktor demikian menjadikan susu di Indonesia masih belum merata, baik dikonsumsi maupun mahalnya susu untuk dikonsumsi.

Karena itu, perlu ada inovasi dalam bersosialisasi dan juga kebijakan mengenai susu untuk dikonsumsi masyarakat. Soalnya, dengan adanya kebijakan dan sosialisasi yang baik, akan menopang kesadaran masyarakat akan pentingnya susu bagi kesehatan tubuh dan pertumbuhan anak.

Mahalnya harga susu didaerah terpencil, terutama bagi anak-anak dalam fase pertumbuhan juga menjadikan kebijakan pemerintah dalam pemerataan kesejahteraan masyarakat diseluruh Indonesia menjadi terbatas. Alasanya, kebijakan tersebut tidak diimbangi dengan kebijakan harga dan kemudahan masyarakat daerah terpinggirkan untuk memberikan susu bagi anak-anak mereka.

Susu inovasi yang sehat dan halal untuk pertumbuhan anak perlu digalakan mulai dari sekarang. Perlu ada dukungan penuh antara pemerintah, dan masyarakat dalam mensukseskan gerakan tersebut. Karena, keduanya bisa bekerjasama dalam kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi susu yang sehat bagi pertumbuhan anak.

Misalkan saja, pemerintah memberikan suntikan baik modal maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni kepada koperasi-koperasi yang ada di daerah-daerah terpinggirkan, bila tidak ada  maka pemerintah bisa membangun koperasi tersebut.

Koperasi yang dimaksudkan bisa diarahkan kepada program pemberian susu yang sehat dan halal untuk pertumbuhan anak kepada masyarakat Indonesia yang berada didaerah-daerah terpencil. Bila perlu, industri lembaga keuangan, terutama perbankan, didorong agar ikut serta dalam mensukseskan program tersebut. Soalnya, perbankan memiliki likuiditas cukup dalam menyuntikan dana dalam upaya mensuseskan pemberian susu inovasi yang sehat dan halal untuk pertumbuhan anak.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terbilang tinggi pada tahun 2011 lalu, yakni 6,5%, sebenarnya yang berperan dalam hal itu adalah SDM-SDM yang baik yang tersedia di Indonesia. SDM-SDM tersebutlah yang berjuang keras agar masyarakat Indonesia bisa mendapatkan kesejahteraan dari pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Bahkan, para pengamat ekonomi memperkirakan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di atas angka 6% pada tahun 2012, lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekonomi di negara maju.

Dalam hal ini akan diperlukan SDM-SDM yang mumpuni dalam menggerakan roda perekonomian Indonesia pada waktu mendatang. Untuk itu, diperlukan pemberian gizi yang berkualitas sedari dini kepada anak-anak yang berada pada fase pertumbuhan.

Salah satu yang bisa diupayakan adalah pemberian susu. Seperti diketahui, susu memiliki sejumlah manfaat yang mendatangkan suatu kesehatan dan pembentukan sel-sel yang berkualitas untuk membentuk fase pendewasaan seseorang. Susu tersebut secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi seseorang dalam masa mendatang, terutama dalam pola pikir dan fase berpikir.

Isu yang menghancurkan kesehatan mengenai susu formalin beberapa waktu lalu sayangnya mengahncurkan kembali upaya masyarakat dalam menciptakan kesadaran dalam mengkonsumsi susu. Masyarakat, pun kembali kehilangan kepercayaan mengenai susu-susu yang mereka konsumsi. Tapi, untunglah sekarang isu tersebut bisa ditangkis oleh pemerintah.

Namun, hal itu tidaklah cukup. Perlu ada upaya preventif dan masif oleh pemerintah dalam upaya melindungi masyarakat akan susu formalin dan membahayakan masyarakat, terutama anak-anak yang berada pada fase pertumbuhan.

Hal itu bisa dengan memberlakukan regulasi yang menciptakan susu yang berkualitas dan berinovasi sehat dan halal untuk pertumbuhan anak, maupun menciptakan konsep atau program meminum susu untuk kesehatan Indonesia. Sehingga, tercipta suatu kesadaran akan pentingnya susu dalam kehiduapan sehari-hari.

Apalagi, masyarakat daerah terpencil juga bisa merasakan susu yang berkualitas tinggi, tapi didapatkan dengan harga murah. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki generasi-generasi yang berkualitas tinggi dalam intelektual dan segalanya. Sehingga Indonesia pada waktu ke depan memiliki generasi pemimpin yang bisa membawa Indonesia kepada peradaban yang lebih baik lagi






17 Juni 2012

Papua Tidak Seperti di Media Massa

Jakarta - Timbulnya kembali masalah kekerasan di tanah Papua sepertinya tidak asing lagi ditelinga masyarakat, baik di Indonesia maupun dunia internasional. Kekerasan seakan menjadi bagian hidup masyarakat Papua yang tersandera kepentingan golongan, baik lokal maupun asing.

Kasus tertembaknya Wakil Ketua Nasional Papua Barat Mako Tabuni sontak menggoncangkan kembali bumi Papua yang tidak pernah tenang mengenai pemberitaan kekerasan. Ini menjadi pro kontra dikalangan masyarakat itu sendiri, baik masyarakat yang kritis terhadap kondisi Papua maupun masyarakat awam. Alasanya, Papua selalu terjadi kekerasan seakan tidak ada hentinya. Hingga akhirnya paradigma masyarakat menyentuh pemikiran terdapat kepentingan yang terjadi disana, dengan mengambil kesempatan dari kondisi Papua sekarang ini.

Mengapa tidak. Ini dapat dilihat dari logika umum masyarakat kita. Tentu masyarakat secara awam akan mengatakan apa fungsi dan tugas pemerintah daerah Papua, dan apa respon pemerintah pusat menanggapi masalah yang terus saja terjadi di Papua. Pun ini menjadi perdebatan yang memakan waktu. Padahal, waktu perdebatan dan pro kontra yang ada untuk tiap detiknya telah memakan korban bergelimpangan di tanah Papua.

Mari kita simpangkan sebentar fokus kepada kepentingan kesempatan dari kondisi Papua sekarang ini. Kita mengarah kepada kondisi Papua yang masyarakatnya mudah terpicu karena masalah rusaknya distribusi kesejahteraan masyarakat Papua

Secara psikologi, orang secara pribadi memiliki kebutuhan hakikat dalam dirinya, yang menjadikan kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Bila tidak, berdampak kepada gejolak emosi dalam diri untuk menggapainya. Sebut saja beberapa diantaranya adalah makanan, minuman, tempat tinggal, dan rasa aman.

Makanan menjadi masalah utama bagi masyarakat Papua. Soalnya, Papua yang tanahnya bergelimpangan emas dimana-mana, ternyata kondisi masyarakatnya adalah miskin tanpa harta benda disekelilingnya. Bahkan, listrik pun bisa dikatakan minim bila dibandingkan dengan kondisi masyarakat yang ada diluar Papua, salah satunya di Jakarta.

Sebagai contoh, manusia akan melakukan apa saja ketika dirinya kelaparan. Bahkan, manusia itu bisa menjadi srigala diantara srigala lainnya. Karenanya, pemerintah pusat harus bisa mendorong pemerintah daerah untuk mengoptimalkan kekayaan alam Papua sedemikian rupa, sehingga Papua bisa menghasilkan suatu hasil yang bisa digunakan Masyarakat Papua mendapatkan makanan dan kebutuhan pokoknya.

Bila pemerintah daerah tetap membangkang dan tidak memberikan kinerja optimal, maka sewajarnya pemerintah pusat memberikan tindakan tegas, bisa mengurangi jatah APBN untuk Papua, atau mengganti orang nomor 1 di Papua itu dengan orang Papua lain yang bisa menyelesaikan masalah di Papua.

Lainitu, perekonomian Indonesia yang tahun 2011 kemarin mencapai 6,5%, seharusnya bisa menjadi indikator berkurangnya kesenjangan sosial akibat status ekonomi dan perekonomian seseorang. Bahkan, perekonomian Indonesia yang tinggi harusnya bisa berhubungan erat dengan penurunan tingkat kemiskinan Indonesia.

Pun demikian, masalah kemiskinan di Indonesia tetap menjadi masalah klasik yang hingga sekarang hanya menjadi retorika para pemangku kepentingan ketika melakukan pemilihan umum saja. Hanya terjadi hubungan kecil antara pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,5% dengan penurunan tingkat kemiskinan.

Kalau saja pemerintah pusat dan daerah saling berkoordinasi dalam mengentaskan kemiskinan dan kesejahteraan diterapkan secara masif, terutama di papua, tentu gesekan keras di Papua bisa diminimalisir. Sayangnya, desentralisasi justru menghambat pemerintah pusat masuk ke daerah-daerah karena dipagari otonomi daerah.

Sebagai contoh, pemerintah pusat bisa mendorong para pelaku industri untuk membuka kantor cabang di Papua, sehingga membuka lapangan kerja bagi masyarakat Papua. Atau, bisa juga dengan mendorong industri perbankan membuka kantor cabang di Papua, sehingga mayarakat Papua bisa mengakses pendanaan yang bisa digunakan untuk meningkatkan ekonominya secara masif. Tentu pada akhirnya membuka secara luas lapangan kerja dan penurunan kekerasan.

Namun, masalah kekerasan yanng sering dihadirkan di media massa di Indonesia, baik di media cetak, elektronik, radio maupun televisi, juga seharusnya mengabarkan suatu pemberitaan yang cover both side. Soalnya, banyak dari media massa justru menyoroti pemberitaan di Papua secara berlebihan, sehingga paradigma masyarakat di setir oleh agenda seting media massa tersebut.

Sebagai contoh, penulis pernah bertemu dengan salah satu Direktur Bank yang berasal dari Papua. Dirinya mengatakan bahwa masalah kekerasan di Papua tidak seheboh yang diberitakan oleh media massa pada umumnya. Sebenarnya, kekerasan yang terjadi tidak jauh dari tindak kekerasan yang terjadi di Kota Jakarta.

Memang masalah di Papua cukup mengkahawatirkan. Tapi, menurut orang Papua itu sendiri, masalah di Papua adalah masalah kekerasan pada umumnya terjadi didaerah-daerah pada umumnya, seperti kasus perampokan yang terjadi di Kota Jakarta. Hanya saja, media massa membalut dengan sedemikian rupa sehingga Papua seakan daerah yang rawan konflik dan mengerikan. Ini seharusnya mulai dipikirkan oleh para awak media, agar memberitakan suatu pemberitaan dengan melihat dampak dari pemberitaanya tersebut.

Dan terahkir, pemerintah pusat diharapkan tidak hanya befokus kepada pertumbuhan pada kota-kota besar di Indonesia. Sudah saatnya pemerintah membuka mata dan tidak tidur dalam menjalankan roda kepemerintahan pada waktu mendatang. Saatnya pemerintah bertindak tegas kepada pemerataan kesejahteraan dan pembangunan perekonomian didaerah-daerah tertinggal, terutama Papua. Soalnya, Papua memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah, tapi tidak digunakan dan justru didiamkan, parahnya pemerintah hanya berdiam manakala kekayaan Papua direnggut oleh asing.

Dengan ada konsep dan implementasi berbasis nasionalis tersebut, maka masalah di Papua memang benar-benar terselesaikan dengan baik, yakni memang ada koordinasi antara pemerintah dan pusat mengenai kesejahteraan di Papua, adanya sangkut paut antara pertumbuhan perekonomian Indonesia sebesar 6,5% dengan penurunan tingkat kemiskinan, dan adanya pemberitaan dari media massa yang berimbang dengan melihat dampak pemberitaan yang ada.

19 Maret 2012

Karya Ilmiah Sebagai Perubahan Generasi

KULIAH merupakan medium para mahasiswa menempa diri dalam pencarian ilmu. Nantinya, ilmu tersebut dipergunakan untuk mengubah birokrasi dan sistem serta mekanisme kenegaraan untuk menyejahterakan masyarakat di segala bidang.

Bisa dibilang, dunia pendidikan di negara kita masih memiliki ruang hitam. Terlihat dari banyaknya masalah yang mengiringi perjalanan pendidikan kita, baik kekerasan, senioritas, maupun penyimpangan dana pendidikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Tak ayal lagi, dibutuhkan suatu tonggak perubahan dalam membenahi hal tersebut. Dalam hal ini, kata reformasi bisa mewakili pembenahan yang diperlukan dalam pendidikan Tanah Air, mengingat selama ini pemerintah telah lalai mengawasi dan meluruskan pencapaian tujuan pendidikan bangsa ini.

Penulisan dan pemublikasian karya ilmiah tentu memiliki posisi strategis sekaligus menimbulkan polemik di tengah masyarakat dan para akademisi, terutama bagi mahasiswa itu sendiri. Pasalnya, karya tersebut akan berada pada posisi yang menguntungkan dan tidak pula menguntungkan. Mengapa?

Bila dilihat dari sisi keuntungan, karya ilmiah merupakan sarana pendakian penelitian dan pengetahuan yang mampu memperbaiki seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan yang selama ini dikehendaki. Tidak hanya gelar, namun juga keilmuan yang disesuaikan dengan gelar tersebut. Keberadaan sistem tersebut akan meningkatkan intelektualitas dan paradigma berpikir mahasiswa tentang arti dan makna pendidikan di perguruan tinggi. Kebijakan ini dapat menghasilkan generasi dan pondasi paradigma berpikir bangsa kita.

Di sisi tidak menguntungkan, ketidaksiapan mahasiswa yang selama ini terbentuk dari kebiasaan menghafal suatu pelajaran. Dampaknya adalah kebuntuan kreativitas belajar.

Kendati demikian, proses pelaksanaan kewajiban ini pun harus melalui pengkajian dan pengawasan super ketat. Dengan begitu, tidak ada oknum, baik mahasiswa maupun pelaku akademisi nakal, yang melakukan kecurangan dalam menghasilkan dan mempublikasikan karya ilmiah.

Memang tidak bisa dimungkiri, dewasa kini, banyak mahasiswa yang hanya belajar di ruang kuliah. Akibatnya, referensi pemikiran ilimiah jarang ditemui. Kalaupun ada, pemikiran mahasiswa pun terpatok pada sisi ilmiah, tanpa menyentuh ranah sosial dan lingkungan sekitar. Karenanya, perlu adanya keseimbangan pemikiran antara sisi sosial dan ilmiah.

Penulisan karya ilmiah sejatinya dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas berpikir dan keterampilan mahasiswa-mahasiswi dalam bersiap memasuki dunia kerja. Bila tidak, maka kualitas pendidikan kita tidak akan pernah naik kelas. Jika ini terjadi, dari sektor mana lagi bangsa ini memperbaiki generasi pemimpin yang membawa kesejahteraan berbalut intelektual antara sosial dan ilmiah?

Angga Bratadharma

Alumni Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik 
Wartawan Ekonomi (//rfa)
 
Di muat di Media Okezone.com
Jumat 9 Maret 2012 

10 November 2011

Sumpah Pemuda di Bayar Jiwa Raga

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang dilakukan oleh para kaum muda kita pada masa penjajahan. Kala itu, para kaum muda menyatakan bertanah air, berbahasa dan berbangsa satu, yaitu Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda pun bermakna kaum muda melepas segala atribut perbedaan dan bersatu untuk menggapai kemerdekaan Indonesia. Semangat persatuan yang dimiliki kaum muda kala itu akhirnya menghantarkan Indonesia kepada kemerdekaan yang harus dibayar tinggi, dengan jiwa dan raga.

Namun, yang terjadi sekarang ini justru kebalikan dari para pahlawan muda kita pada masa penjajahan. Banyak dari kaum muda sekarang ini lebih membicarakan perbedaan sehingga berdampak kepada gesekan sosial didalam masyarakat.

Selain itu, pergaulan yang telah melepas norma-norma mulia pun membuat kaum muda sekarang ini lebih melepas identitas diri sebagai kaum muda Indonesia. Akhirnya kaum muda yang diharap mampu menggantikan para pemimpin yang akan turun tahta nantinya,  hanya menjadi momok yang masih belum bisa terselesaikan dengan baik pembentukan karakter kepemimpinan.

Potret dilapangan, masih banyak permasalahan yang terjadi pada kaum muda kita, baik dari pergaulan bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, free sex, maupun bebal moral. Ini mengindikasikan bahwa kaum muda kita telah lupa perjuangan yang dilakukan para pahlawan muda kita selama ini, terlebih mereka tidak mampu memaknai arti perjuangan.

Mahasiswa yang merupakan salah satu elemen terpenting didalam dinamika kehidupan pun terkadang dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, baik didalam instansi pendidikan maupun didalam masyarakat. Sebut saja  mahasiswa yang senang melakukan aksi unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa memang tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar. Tetapi, yang digarisbawahi saat ini adalah efektivitas dan efisiensi dalam pembenahan permasalahan yang masuk kedalam multidimensi ini. Maka sewajarnya, penyelesaian yang dilakukan sebatas kepada kapasitas yang dimiliki mahasiswa dengan tugas yang melekat kepada dirinya.

Disayangkan bila aksi unjuk rasa yang dilakukan distandarkan sebagai aksi penyelesaian. Jika itu menjadi standar, maka mahasiswa yang notabenya mahluk intelektual, tidak akan ada artinya karena lebih berpikir pragmatis dengan berbasis tanpa pikir panjang,

Belum lagi masalah perbedaan yang dimiliki para kaum muda kita, yang justru hanya menjadi saling serang untuk memenangkan gaya hidup yang ada sekarang ini. Banyak dari kaum muda kita yang terjebak dengan gaya hidup, yang akhirnya dijajah dengan gaya hidup yang tidak relevan dengan kebutuhan hidup.

Hasilnya, konsumerisme merebak hingga kepada kaum muda kita. Padahal, masa perjuangan kaum muda kita pada tahun 1928, ketika kaum muda mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda, tidak mengarahkan perjuangan dengan terjajah oleh barang-barang mahal yang tidak relevan dengan kebutuhanya. Pahlawan pemuda kala itu justru berperang dengan kapasitas yang mereka miliki.

Ironinya, kaum muda sekarang berperang dengan sesama untuk bisa masuk kedalam gaya hidup mewah yang keluar dari batas norma yang ada. Akhirnya, perbedaan menjadi pakaian kaum muda untuk saling menonjol dari yang lainnya.

Hal ini sangan berbeda ketika kaum muda kita berjuang dengan jiwa dan raga mereka. Mereka berjuang dengan kapasitas yang dimiliki dan semaksimal yang bisa dilakukan. Dan, itu hanya untuk memerdekakan Indonesia, dan juga agar anak cucu mereka bisa menikmati kemerdekaan yang mungkin belum mereka rasakan kala itu.

Oleh karenanya, momentum Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Okteober, kita usahakan menjadi perenungan diri. Bahwa, jiwa dan raga yang telah tiada sekarang ini, demi membela tanah airnya Indonesia,  hanya bertujuan memerdekakan bangsa ini dari para penjajah.

Sudahkah kita berbenah dan memandang sebuah permasalahan dengan baik dan perjuangan maksimal. Maka, perjuangan 28 Oktober 1928 kala itu, merupakan salah satu momentum sejarah yang mampu menggerakan kaum muda untuk bahu-membahu membangun Indonesia sekarang ini. Dengan begitu kita mengetahui apa arti pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan muda kita.

Mungkin kita tidak bisa seperti para pahlawan muda kita, tapi minimal kita bisa meneruskan sedikit perjuangan mereka, untuk jiwa dan raga yang dikorbankan untuk memerdekakan bangsa ini. Mari kita lepas atribut perbedaan ini dan bersatu untuk selalu bersama dalam memperjuangkan persatuan dan kesatuan, demi kemerdekaan hakiki yang diinginkan oleh kita semua.

08 November 2011

Lahirnya Internet

Dijaman sekarang ini, teknologi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah satunya adalah lahirnya internet.

Internet telah menciptakan istilah global village, istilah yang menggambarkan bahwa informasi bisa didapatkan tanpa mengenal istilah jarak dan waktu. Yang mana peristiwa yang terjadi disuatu tempat bisa diketahui oleh orang-orang yang berada jauh dari tempat peristiwa itu terjadi.

Internet juga berfungsi sebagai tempat orang-orang bertemu didunia maya, entah menggunakan jejaring sosial facebook, twitter, dan semacamnya.

Tidak hanya itu, internet juga merupakan salah satu media yang cukup cepat dan mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang merasa untung dengan adanya kemajuan teknologi ini.

Selain itu, internet juga bisa dijadikan masyarakat sebagai tempat berbagi, baik informasi, berita, peristiwa, jual-beli, dan semacamnya. Dengan begitu, pangsa pasar menjadi lebih luas dibandingkan sebelum ada internet.

Namun, dewasa kini, internet telah menjadi masalah yang cukup pelik. Karena penggunaan internet tidak selamanya baik. salah satunya adalah dalam hal memberikan informasi kepada pengguna internet. (Memberikan informasi menjadi fokus dalam tulisan ini).

Cukup banyak forum-forum yang berdiri di situs-situs sekarang ini, dan jumlahnya pun puluhan, atau ratusan, bahkan lebih. Forum tersebut sering dijadikan pengguna internet untuk berbagi informasi kepada penguna internet lainnya. Hal ini lumrah karena salah satu fungsinya adalah berbagi informasi.

Tetapi, yang menjadi masalah adalah ketika pengguna internet menyadur informasi yang tidak layak dan tidak baik di internet. Terlebih internet merupakan media yang dapat diakses oleh setiap orang. Ini penting disadari oleh para pengguna internet karena tidak semua pengguna intenet dapat mengkritisi dan bijak dalam melihat informasi-informasi yang tidak layak, yang diinformasikan kepada pengguna internet.

Informasi yang tidak baik bisa berupa, gambar-gambar kekerasan, gambar pembunuhan, gambar sadis, gambar-gambar porno, video mesum, video kekerasan, video sadis, video yang tidak layak dipublikasikan, video yang sarat akan RAS, dan semacamnya.

Tentu harus disadari, banyak hal tersebut yang beredar diinternet. Akibatnya, banyak dari kita merasa ngeri dan takut ketika melihat informasi tersebut. Lalu bayangkan bila ada pengguna internet yang masih dibawah umur melihat hal tersebut. Tentu ini menjadi catatan bagi kita agar bisa lebih kritis dan lebih baik lagi dalam memberikan informasi diinternet.

Memberikan informasi diinternet sebaiknya tidak memberikan informasi yang mentah dan tanggung karena akan berdampak kebingungan dan "loncat-loncat" dalam pemahaman sebuah informasi. Oleh karenanya jangan memberikan informasi bila informasi tersebut justru menimbulkan sebuah kebingungan dan kengerian.

Bila perlu, mari kita berbagi informasi yang mendidik dan dapat memajukan kakarkter saudara-saudara kita ke arah yang lebih baik lagi. Yaitu dengan memberikan informasi yang baik dan tidak mengundang provokasi, serta memberikan informasi yang lengkap dan indah, agar bangsa kita menjadi bangsa yang beradab dan terdidik.