10 November 2011

Sumpah Pemuda di Bayar Jiwa Raga

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang dilakukan oleh para kaum muda kita pada masa penjajahan. Kala itu, para kaum muda menyatakan bertanah air, berbahasa dan berbangsa satu, yaitu Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda pun bermakna kaum muda melepas segala atribut perbedaan dan bersatu untuk menggapai kemerdekaan Indonesia. Semangat persatuan yang dimiliki kaum muda kala itu akhirnya menghantarkan Indonesia kepada kemerdekaan yang harus dibayar tinggi, dengan jiwa dan raga.

Namun, yang terjadi sekarang ini justru kebalikan dari para pahlawan muda kita pada masa penjajahan. Banyak dari kaum muda sekarang ini lebih membicarakan perbedaan sehingga berdampak kepada gesekan sosial didalam masyarakat.

Selain itu, pergaulan yang telah melepas norma-norma mulia pun membuat kaum muda sekarang ini lebih melepas identitas diri sebagai kaum muda Indonesia. Akhirnya kaum muda yang diharap mampu menggantikan para pemimpin yang akan turun tahta nantinya,  hanya menjadi momok yang masih belum bisa terselesaikan dengan baik pembentukan karakter kepemimpinan.

Potret dilapangan, masih banyak permasalahan yang terjadi pada kaum muda kita, baik dari pergaulan bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, free sex, maupun bebal moral. Ini mengindikasikan bahwa kaum muda kita telah lupa perjuangan yang dilakukan para pahlawan muda kita selama ini, terlebih mereka tidak mampu memaknai arti perjuangan.

Mahasiswa yang merupakan salah satu elemen terpenting didalam dinamika kehidupan pun terkadang dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, baik didalam instansi pendidikan maupun didalam masyarakat. Sebut saja  mahasiswa yang senang melakukan aksi unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa memang tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar. Tetapi, yang digarisbawahi saat ini adalah efektivitas dan efisiensi dalam pembenahan permasalahan yang masuk kedalam multidimensi ini. Maka sewajarnya, penyelesaian yang dilakukan sebatas kepada kapasitas yang dimiliki mahasiswa dengan tugas yang melekat kepada dirinya.

Disayangkan bila aksi unjuk rasa yang dilakukan distandarkan sebagai aksi penyelesaian. Jika itu menjadi standar, maka mahasiswa yang notabenya mahluk intelektual, tidak akan ada artinya karena lebih berpikir pragmatis dengan berbasis tanpa pikir panjang,

Belum lagi masalah perbedaan yang dimiliki para kaum muda kita, yang justru hanya menjadi saling serang untuk memenangkan gaya hidup yang ada sekarang ini. Banyak dari kaum muda kita yang terjebak dengan gaya hidup, yang akhirnya dijajah dengan gaya hidup yang tidak relevan dengan kebutuhan hidup.

Hasilnya, konsumerisme merebak hingga kepada kaum muda kita. Padahal, masa perjuangan kaum muda kita pada tahun 1928, ketika kaum muda mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda, tidak mengarahkan perjuangan dengan terjajah oleh barang-barang mahal yang tidak relevan dengan kebutuhanya. Pahlawan pemuda kala itu justru berperang dengan kapasitas yang mereka miliki.

Ironinya, kaum muda sekarang berperang dengan sesama untuk bisa masuk kedalam gaya hidup mewah yang keluar dari batas norma yang ada. Akhirnya, perbedaan menjadi pakaian kaum muda untuk saling menonjol dari yang lainnya.

Hal ini sangan berbeda ketika kaum muda kita berjuang dengan jiwa dan raga mereka. Mereka berjuang dengan kapasitas yang dimiliki dan semaksimal yang bisa dilakukan. Dan, itu hanya untuk memerdekakan Indonesia, dan juga agar anak cucu mereka bisa menikmati kemerdekaan yang mungkin belum mereka rasakan kala itu.

Oleh karenanya, momentum Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Okteober, kita usahakan menjadi perenungan diri. Bahwa, jiwa dan raga yang telah tiada sekarang ini, demi membela tanah airnya Indonesia,  hanya bertujuan memerdekakan bangsa ini dari para penjajah.

Sudahkah kita berbenah dan memandang sebuah permasalahan dengan baik dan perjuangan maksimal. Maka, perjuangan 28 Oktober 1928 kala itu, merupakan salah satu momentum sejarah yang mampu menggerakan kaum muda untuk bahu-membahu membangun Indonesia sekarang ini. Dengan begitu kita mengetahui apa arti pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan muda kita.

Mungkin kita tidak bisa seperti para pahlawan muda kita, tapi minimal kita bisa meneruskan sedikit perjuangan mereka, untuk jiwa dan raga yang dikorbankan untuk memerdekakan bangsa ini. Mari kita lepas atribut perbedaan ini dan bersatu untuk selalu bersama dalam memperjuangkan persatuan dan kesatuan, demi kemerdekaan hakiki yang diinginkan oleh kita semua.

08 November 2011

Lahirnya Internet

Dijaman sekarang ini, teknologi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah satunya adalah lahirnya internet.

Internet telah menciptakan istilah global village, istilah yang menggambarkan bahwa informasi bisa didapatkan tanpa mengenal istilah jarak dan waktu. Yang mana peristiwa yang terjadi disuatu tempat bisa diketahui oleh orang-orang yang berada jauh dari tempat peristiwa itu terjadi.

Internet juga berfungsi sebagai tempat orang-orang bertemu didunia maya, entah menggunakan jejaring sosial facebook, twitter, dan semacamnya.

Tidak hanya itu, internet juga merupakan salah satu media yang cukup cepat dan mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang merasa untung dengan adanya kemajuan teknologi ini.

Selain itu, internet juga bisa dijadikan masyarakat sebagai tempat berbagi, baik informasi, berita, peristiwa, jual-beli, dan semacamnya. Dengan begitu, pangsa pasar menjadi lebih luas dibandingkan sebelum ada internet.

Namun, dewasa kini, internet telah menjadi masalah yang cukup pelik. Karena penggunaan internet tidak selamanya baik. salah satunya adalah dalam hal memberikan informasi kepada pengguna internet. (Memberikan informasi menjadi fokus dalam tulisan ini).

Cukup banyak forum-forum yang berdiri di situs-situs sekarang ini, dan jumlahnya pun puluhan, atau ratusan, bahkan lebih. Forum tersebut sering dijadikan pengguna internet untuk berbagi informasi kepada penguna internet lainnya. Hal ini lumrah karena salah satu fungsinya adalah berbagi informasi.

Tetapi, yang menjadi masalah adalah ketika pengguna internet menyadur informasi yang tidak layak dan tidak baik di internet. Terlebih internet merupakan media yang dapat diakses oleh setiap orang. Ini penting disadari oleh para pengguna internet karena tidak semua pengguna intenet dapat mengkritisi dan bijak dalam melihat informasi-informasi yang tidak layak, yang diinformasikan kepada pengguna internet.

Informasi yang tidak baik bisa berupa, gambar-gambar kekerasan, gambar pembunuhan, gambar sadis, gambar-gambar porno, video mesum, video kekerasan, video sadis, video yang tidak layak dipublikasikan, video yang sarat akan RAS, dan semacamnya.

Tentu harus disadari, banyak hal tersebut yang beredar diinternet. Akibatnya, banyak dari kita merasa ngeri dan takut ketika melihat informasi tersebut. Lalu bayangkan bila ada pengguna internet yang masih dibawah umur melihat hal tersebut. Tentu ini menjadi catatan bagi kita agar bisa lebih kritis dan lebih baik lagi dalam memberikan informasi diinternet.

Memberikan informasi diinternet sebaiknya tidak memberikan informasi yang mentah dan tanggung karena akan berdampak kebingungan dan "loncat-loncat" dalam pemahaman sebuah informasi. Oleh karenanya jangan memberikan informasi bila informasi tersebut justru menimbulkan sebuah kebingungan dan kengerian.

Bila perlu, mari kita berbagi informasi yang mendidik dan dapat memajukan kakarkter saudara-saudara kita ke arah yang lebih baik lagi. Yaitu dengan memberikan informasi yang baik dan tidak mengundang provokasi, serta memberikan informasi yang lengkap dan indah, agar bangsa kita menjadi bangsa yang beradab dan terdidik.

Peringatan Untuk Bersatu

Menjelang 28 Oktober 2011, banyak dari kita semua melakukan berbagai kegiatan yang bertema 'Pemuda'. Ya, tanggal 28 Oktober adalah hari peringatan Sumpah Pemuda. Hari dimana para pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928, mengikrarkan kalimat yang mampu mempersatukan dan bersatunya kaum muda untuk memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah. Dan kemerdekaan Indonesia dibayar dengan sangat mahal, yaitu jiwa dan raga para pahlwan kita. Kunci dari kemerdekaan kita adalah bersatu.

Keanekaragaman yang dimiliki bangsa kita menjadikan kita berbeda satu sama lainya. Indonesia pun terkenal dengan Bhineka Tunggal Ika, berbeda tapi kita satu. Namun, meski kita berbeda, kita mampu menang melawan para penjajah kala itu karena kita bersatu padu mengusir penjajah dari tanah air Indonesia. Bahkan dengan persenjataan yang kalah hebat dengan yang dimiliki penjajah, kita tetap mampu merebut kemerdekaan Indonesia.

Dari Sabang hingga Merauke, seruan bersatu untuk memerdekakan Indonesia pun bergemuruh. Setiap orang, baik yang tua hingga muda keluar dan berjuang melawan para penjajah. Alhasil, Indonesia mampu merdeka dengan berbasis persatuan.

Keanekaragaman yang dimiliki Indoneisa sebenarnya berpotensi baik dan mengarah kepada pembangunan yang dapat menyejahterakan semua lapisan di Indonesia. Ini terbukti dari merdekanya bangsa kita dengan semangat persatuan dan kesatuan.

Namun, dewasa kini, rasa persatuan dan kesatuan yang dimiliki bangsa kita kian memudar. Anak muda, yang salah satu elemen yang ada di Indonesia pun kian melupakan rasa persatuan dan kesatuan. Padahal, persatuan dan kesatuan mampu mengantarkan kita kepada tujuan yang menjadi keinginan bersama. Salah satunya adalah kemerdekaan.

Persatuan dan kesatuam adalah modal besar yang mampu mengkokohkan Indonesia sebagai bangsa yang kuat dimata bangsa lain. Sewajarnya kita tetap mengidentitaskan diri bangsa kita sebagai bangsa yang berbasis persatuan dan kesatuan karena dengan begitu, maka setiap tujuan yang hendak digapai bukan lagi sebuah mimpi tetapi akan menjadi sebuah kenyataan.

Diibaratkan, sebuah lidi akan mudah dipatahkan, namun tidak deimikian dengan lidi banyak yang berkumpul. Maka, seyogyanya persatuan dan kesatuan tetap ada didiri kita sekarang ini, sebagai salah satu cara meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan muda kita.

Namun, potret dilapangan sekarang ini, persatuan tidak lagi dikedepankan dan dominan. Perbedaan lebih dominan dan menjadi isu hangat yang mampu membuat konflik didalam masyarakat. Persatuan yang semakin tergerus karena banyak hal kini tidak mampu membendung permasalhan yang semakin krusial. Baik tentang agama, sosial, maupun ekonomi.

Kepentingan golongan pun membuat suasana era sekarang semakin memanas. Terlebih, penggerusan uang negara yang masuk kekantong pribadi membuat bangsa ini dihadapkan dengan permasalahan yang multidimensi dan multitafsir. Alhasil, perbedaan yang ditonjolkan sebagai atribut individu masing-masing semakin meruncingkan permasalahan yang ada.

Tidak lain, ini karena perbedaan lebih ditonjolkan untuk kemenangan ego masing-masing. Padahal, kepentingan masing-masing tersebut akan memancing gesekan kuat didalam masyarakat dan berakibat kepada konflik frontal yang sistematis dan prosedural.

Tetapi, yang menjadi korban dalam hal ini adalah rakyat yang tidak mengerti apa-apa, dalam hal ini rakyat berharap akan ada perubahan nyata dan sgnificant terkait kesejahteraan yang rakyat inginkan. Namun, kepentingan yang semakin raksasa dan liar telah membuat rakyat hanya menjadi komoditas kepentingan berbasis perbedaan.

Padahal, bila semua lapisan masyarakat dari mulai masyarakat bawah hingga presiden mampu merealisasikan persatuan dan kesatuan dinegeri ini, niscaya berat sama dipikul ringan sama dijinjing akan ada di Indonesia.

Oleh karenanya, peringatan 28 Oktober yang kita peringati sebagai hari Sumpah Pemuda, mari kita jadikan momentum baik untuk merenungkan dan merealisasikan persatuan dan kesatuan, demi mewujudkan perjuangan kemerdekaan yang hingga sekarang terbelenggu dengan penjajahan yang berbasis kepada pemikiran.

06 November 2011

Mungkin ini Prinsip Ekonomi Kita

Naiknya harga kebutuhan bahan pokok menjelang puasa, ketika puasa dan menjelang hari raya lebaran sepertinya sudah bukan hal baru lagi bagi masyarakat kita. Hampir semua harga-harga melonjak, belum lagi bahan makanan, seperti cabai, bawang, telur daging, dan lain-lain. Tentu ini berakibat kerugian bagi masyarakat. Pasalnya sebelum puasa, harga tetap normal dan tidak ada kenaikan berarti. Akhirnya, banyak masyarakat yang kesulitan dalam membeli bahan pokok.

Kenaikan harga-harga disinyalir karena tersendatnya pasokan bahan-bahan pokok dari penyalur kepada penjual sehingga bahan-bahan pokok langka dan berakibat harga tersebut naik. Ini sama dengan prinsip ekonomi, yaitu bila barang sedikit dan peminat banyak maka harga akan tinggi, sebaliknya bila barang banyak dan peminat sedikit maka harga akan rendah, dan hal itu terjadi dinegeri kita. Sayangnya, hal tersebut terjadi ketika menjelang dan dihari-hari besar, seharusnya hal  demikian  dipermudah dan dipermurah untuk kelancaran aktivitas dan kekhusyuan hari-hari besar itu.

Kenaikan harga-harga akibat tersendatnya pasokan bahan-bahan pokok juga tidak diketahui asal-usulnya, para pedagang pun sebenarnya tidak menginginkan kenaikan harga karena berdampak penurunan omset penjualan mereka karena banyak pembeli yang ikut berpuasa berbelanja seblum puasa sebenarnya dibulan Ramadhan.

Akhirnya masyarakat lagi-lagi menyalahkan pemerintah dalam hal ini, dikarenakan tidak mampu menstabilkan harga bahan pokok pada hari-hari besar, terutama menjelang puasa. Para penjual pun menyayangkan tindakan yang terjadi dipihak penyalur karena sering memberi alasan bahwa bahan pokok banyak yang busuk atau para petani kesulitan dalam memanen bahan pokok.
 
Yang menjadi pertanyaan, mengapa selalu terjadi ketika menjelang bulan puasa dan nantinya ketika menjelang hari raya lebaran? Tentu ini menjadi polemik dari tahun ke tahun.

pemerintah yang memiliki wewenang dalam hal ini, seharusnya bisa mengendalikan harga dengan baik, dan mencari tahu asal-usul hingga akar penyebab tersendatnya bahan pokok sampai kepada penjual.  Karena dengan begitu harga bisa dikendalikan dengan baik, dan ada keuntungan timbal balik antara masyarakat dan penjual.

Bila perlu, kenakan sanksi tegas kepada mereka yang bermain dalam menaikan harga dan menghambat penyalur menyalurkan bahan kepada penjual. Hal tersebut pantas dilakukan, karena hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun, sudah sepantasnya pemerintah benar-benar merealisasikan penyelesaianya.

Jika perlu, dinas-dinas pemerintahan yang terkait, melakukan sidak dan investigasi dari penjual, penyalur hingga ke petani, agar menemukan sumber darimana asal muasal tidak terkendalinya harga tersebut.

Bersama Atasi Kejahatan Dalam angkot

MEREBAKNYA kasus kejahatan di angkot, sepertinya menjadi gambaran, bahwa pelayanan transportasi umum, tidak hanya mengecewakan tapi juga mengerikan. Pasalnya, sudah dua kali kasus kejahatan terjadi ketika seseorang menggunakan jasa transportasi umum. Dan, mungkin dua kali itu hanya bilangan yang menjadi sorotan media saja, tentu masih banyak kasus-kasus tentang moda transportasi yang digunakan oleh banyak orang ini. Sungguh ironi, moda transportasi yang sangat besar peminatnya ini, kini ditakutkan menjadi ladang subur kejahatan.

Adanya sopir “tembak”, dan kurangnya pengawasan yang dipegang Dinas Perhubungan dan kepolisian dianggap beberapa penyebab terjadinya kejahatan yang terjadi di moda transportasi ini. Namun, bukan berarti hal ini menjadi tanggung jawab penuh pemerintah. Hal ini juga berlaku bagi kita selaku masyarakat. 

Selayaknya ketika mengunakan angkot atau moda transportasi umum, seseorang diharap tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan, atau mengeluarkan barang-barang mewah ketika di dalam angkot karena akan mengundang para penjahat mengincar Anda sebagai korbanya.

Perempuan, yang dalam hal ini adalah pihak yang lebih sering menjadi korban tindak kejahatan diangkot, juga harus lebih berhati-hati. Karena kejahatan, terkadang terjadi karena adanya kesempatan, dan adanya undangan dari perempuan itu sendiri, seperti memakai pakaian ketat, tipis, dan ekstramini sehingga membuat seseorang meningkat hawa nafsunya, dan ini ditakutkan dapat memicu tindak kejahatan.

Oleh karena itu, adanya pengawasan dari Dinas Perhubungan dan pihak kepolisian serta adanya kesadaran dari diri sendiri dengan tidak berlebihan dalam memakai busana dan tidak mengeluarkan barang-barang berharga ketika di dalam angkot, merupakan wujud yang harus kita lakukan sebagai rangka kebersamaan menghancurkan rantai kejahatan yang ada di dalam angkot.

Adanya responsif yang cepat dan akurat diharapkan datang dari Dinas Perhubungan dan kepolisian dalam menindak setiap tindak kejahatan di dalam angkot. Bila perlu, masyarakat selalu membawa alat antikejahatan di dalam tasnya, untuk sewaktu-waktu bila terjadi kejahatan. Jangan takut melapor kepada polisi bila ada tindakan kejahatan yang menimpa seseorang. Hingga akhirnya, kejahatan didalam angkot dapat diminimalisasi.

Angga Bratadharma
Jakarta

(Dimuat media, Lampung Post, tanggal Jumat, 23 September 2011)

Indonesia Bisa

INDONESIA menjadi tuan rumah SEA Games tahun ini, tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita. Indonesia diharapkan mampu menjadi juara di berbagai cabang. Rakyat Indonesia tentu optimis. Meski dalam perjalanan menjadi tuan rumah Indonesia dihadapi dalam berbagai masalah, baik dugaan korupsi pengadaan atribut SEA Games, pembangunan wisma atlet, maupun lambatnya pembangunan berbagai infrastruktur. Rakyat optimistis atlet Indonesia mampu mengharumkan nama bangsa.

Ini terbukti dari pengalaman sebelumnya, ketika timnas ke final melawan Malaysia. Kala itu bangsa Indonesia menghadapinya dengan euforia di seluruh lapisan. 

Di SEA Games mendatang, kita harus lebih optimistis karena kita memiliki atlet-atlet yang luar biasa berprestasi, dan memiliki potensi untuk mengharumkan nama Indonesia di mata internasional. Maju Indonesia, kita pasti bisa!!!

Angga Bratadharma
Bekasi
(Dimuat Media, Fokus Publik, Republika, tanggal 3 November 2011)

UU Penaikan Tarif Tol dan UU Peningkatan Jasa Tol

PENAIKAN tarif tol (lagi) sepertinya menjadi masalah baru bagi masyarakat, terutama mereka yang menggunakan jasa tol. Banyak masyarakat menggunakan jasa tol untuk menghindari kesemrawutan jalan di Kota Jakarta.

Namun, penaikan tarif tol itu dirasa tidak memiliki alasan yang kuat meski dalam hal ini dikaitkan dengan peningkatan inflasi yang terjadi. Penaikan itu tidak dibarengi dengan perbaikan budaya organisasi yang baik dan pelayanan infrastruktur yang memadai. Ironisnya.-tidak jarang mobil yang mogok di dalam tol harus berhadapan dengan derek liar. Belum lagi beberapa bagian jalan tol bergelombang dan penambal-an-penambalan jalan justruberdampak ketidaknyamanan dalam berkendara.

Memang penaikan tarif tol sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yakni penaikan tarif tol dilakukan setiap dua tahun dan disesuaikan dengan inflasi. Penaikan dilakukan untuk mempertahankan internal rate of return atau pengembalian investasi.

Namun, jika dilihat dari kesemrawutan jalan di Kota Jakarta, tentu para pengguna jasa tol menginginkan perubahan dan peningkatan kenyamanan juga. Tidak hanya tarif tol, tetapi internal organisasi dalam melayani masyarakat. Bila tidak, bagaimana masyarakat bisa dire-dam dan mulut mereka ditutup hanya dengan mengatasnamakan rakyat?

Di era sekarang, sewajarnyamasyarakat menjadi salah satu pengawas dalam usaha negara membangun dan menyejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, tidak adil rasanya bila hanya tarif tol yang dinaikkan tanpa ada perbaikan signifikan terhadap budaya organisasi pengelola tol.

Sungguh bijak bila pemerintah juga ikut mendengar aspirasi masyarakat tentang keluhan-keluhan terkait dengan kepuasan penggunaan jasa tol. Syukur-syukur, bila inflasi turun, terjadi penurunan tarif tol juga.
Namun, yang menjadi fokus ialah bagaimana pemerintah bisa meningkatkan kualitas kinerja dalam segala aspek, tentu dalam hal peningkatan jasa tol.

Angga Bratadharma
Bekasi
(Dimuat Media, Opini Publik, Media Indonesia, tanggal 12 September 2011)

Pendidikan Bekal Penting

Pendidikan, merupakan bekal penting yang harus dimiliki dari kita semua selaku generasi bangsa ini. Namun, banyak dari kita tidak bisa merasakan pendidikan secara penuh dikarenakan berbagai macam masalah yang dihadapi. Tetapi, banyak dari kita mampu merasakan pendidikan secara penuh tapi kita sia-siakan.

Potret dilapangan, lebih dari 50% lebih, saudara-saudara kita tidak bisa merasakan pendidikan secara penuh. Bahkan, program 9 tahun pun tidak mampu didapatkan oleh mereka sebagai keluarga prasejahtera.

Ini dikarenakan banyaknya permasalahan hidup dinegeri ini. Masalah ekonomi, biasanya menjadi alasan utama saudara-saudara kita. Parahnya, program 9 tahun, yang menjadi kebijakan pemerintah untuk menggratiskan pendidikan hingga tingkat SMA, tidak mampu merealisasikan generasi bangsa ini dalam membumihanguskan kebodohan.

Didalam kebijakan tersebut pun, masih banyak intrik-intrik kepalsuan dan pungutan-pungutan liar yang siap menghadang para murid dan wali murid. Alhasil, banyak dari keluarga prasejahtera tidak mampu melanjutkan pendidikanya.

Namun, dari itu semua, sadarkah kita, banyak dari kita telah menyia-nyiakan pendidikan. terutama, banyak dari kita termasuk kedalam kategori keluarga mampu. Bahkan, kita bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Tetapi, kita lebih sering menyia-nyiakan pendidikan kita.

Padahal, masih banyak saudara kita yang ingin bersekolah atau merasakan pendidikan tetapi terhambat faktor lain sehingga tidak bisa merasakan nikmatnya pendidikan. Tetapi tidak deimikian dengan keluarga mampu tapi menyia-nyiakan pendidikanya.

Tentu ini berada disatu mata keping uang, satu sisi ingin sekolah tapi tidak memiliki uang, sisi lain menyia-yiakan pendidikan tapi masuk kedalam kategori keluarga mampu.

Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Apakah kapitalis dan liberal yang dianut negara ini, menjadikan kita lupa kepada saudara kita yang tidak mampu mengenyam pendidikan?, ataukah kita telah terbuai dengan berlimpahnya harta sehingga merasa mampu membeli apa saja didunia ini? Mungkin masing-masing individu bisa menyikapi masing-masing.

fokus dalam hal ini adalah, mengapa banyak dari kita menyia-nyiakan pendidikan. Padahal, banyak dari saudara kita yang tidak mampu mengenyam pendidikan, menginginkan nikmatnya penddikan.

Oleh karenanya, pendidikan, tempat ditempanya mahluk intelektual, seharusnya bisa menjadi tempat dihasilkannya insan yang peka akan masalah sosial yang terjadi dilingkungan sekitar. Terlebih, bermunculan manusia yang mampu berjuang untuk mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan.

Sebagai manusia yang diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan, mari kita pergunakan kesempatan itu dengan baik. Karena dengan adanya pendidikan, maka kita bisa melanjutkan kehidupan ini dengan baik dan terarah sesuai tuntunan yang positif.

Maka, saudaraku, mari kita maksimalkan pendidikan yang kita rasakan, dengan tidak menyia-nyiakan pendidikan yang kita dapatkan sekarang. Karena banyak diluar sana yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena terbentur berbagai masalah yang ada.