16 Februari 2011

Kerukunan dan Taati Pemimpin

Era sekarang ini, banyak tindakan kekerasan yang berkaitan dengan agama. Sering terjadi tindakan kekerasan terhadap agama lain, baik antar agama maupun dengan agama yang sama. Hal ini karena adanya perbedaan diantaranya. Semboyan negara kita "Bhineka Tunggal Ika" pun dijabarkan dengan hal yang salah. Seharusnya kita bersatu meski berbeda. Namun kenyataan sekarang ini, banyak masyarakat kita mudah tersulut emosi apabila ada sesuatu keyakinanya dihinakan. Hal itu wajar tapi bila informasi yang didapatkan itu pasti kebenarannya sesuai dengan bukti dan saksi yang benar. Bukan kata si "A" atau si "B" dan lain-lain. Tapi harus benar-benar akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sebagai Muslim cerdas yang meniru suri tauladan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, sudah seharusnya kita lebih kritis dan bijak dalam mengadapi persoalan yang berkaitan dengan Agama. 
Ketika kita mendapat kabar tentang adanya tindakan kekerasan antar agama, maka kita harus teliti dan berhati-hati dalam menyikapinya hal ini agar tidak menyulut konflik diantara kita, sesama manusia.
Ketegasan pemerintah dalam menangani masalah agama juga diharapkan dari masyrakat. 

Kita mungkin bisa lihat kejadian kekerasan yang terjadi pada Jamaah Ahmadiyah Indonesia atau JAI pada beberapa waktu yang lalu, hal itu membuktikan bahwa SKB3 mentri tidaklah efektif dalam membendung persoalan perbedaan dalam agama.
Memang JAI dianggap sesat karena tidak mengakui Rasulullah SAW sebagai Nabi terakhir tetapi bukan berarti kita bisa langsung menghakimi  dan menyerang JAI bahkan hingga membunuh mereka. Terlepas dari itu semua mereka adalah ciptaan Allah SWT. Sepantasnya kita menghargai mereka. Bahkan manusia memiliki HAM ketika dirinya dilahirkan didunia ini.
Namun kenyataan yang kita lihat sekarang ini, banyak umat muslim yang melakukan tindakan kekerasan yang berakibat fatal baik kepada para korban maupun citra Islam dalam risalah yang disebarkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini karena mudahnya kita tersulut emosi terkait dengan apa yang kita yakini. Tapi sudahkah kita tahu secara benar hal tersebut. Sudahkah kita pertanyakan dan selidiki dengan baik sehingga kita memegang informasi yang benar-benar akurat.
Jangan karena informasi yang abu-abu atau tidak jelas kita langsung saja melakukan sesuatu yang melewati koridor aturan yang ada.
Kalau kita mau menela'ah, memang JAI tidak menganggap Rasulullah SAW sebagai nabi terahkir Namun kita sebagai umat muslim tidak seharusnya menghakimi secara sepihak. Apalagi melakukan penyerangan bahkan hingga menghilangkan nyawa orang lain. Hal itu disayangkan terjadi. karena kita bukanlah siapa-siapa. Indonesia sebagai negara hukum, maka ada lembaga yang telah mengurus hal apakah seseorang atau suatu organisasi bersalah atau tidak. Meski mereka dianggap sesat tapi penyerangan itu tidak dibenarkan apalagi hingga menghilangkan nyawa.
Sudahkah kita duduk bersama dan mencoba menyelesaikan dengan baik-baik secara persuasif. Dalam kasus JAI, pembetulan terhadap kaidah-kaidah yang ada dalam Islam yang dibutuhkan, bukanlah kekerasan yang diutamakan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
 فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa ayat 59)

Dalam ayat diatas ada kutipan kita harus menaati pemimpin kita, sudah seharusnya kita menahan diri dan tidak menghakimi secara sepihak kepada orang atau kelompok yang dianggap salah. Kita serahkan kepada yang berwenang untuk menyelesaikan, tugas kita adalah mendukung dan mengawasi penyelesaian persoalan tersebut. Ketika tidak puas, bisa dibicarakan baik-baik. Pemimpin kita pasti juga berusaha keras untuk menyelesaiakan gesekan-gesekan yang berakibat konflik ini.
Sebagai warga negara yang baik kita harus mengikuti peraturan yang ada. Meski hal itu berkaitan dengan agama. karena hal itu merupakan perintah kepada kita semua. Namun bukan berarti kita diam saja apabila pemerintah tidak tegas dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan Agama.
Hal yang kita lakukan adalah dengan berdialog dan duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan. jadi tindakan teriak-teriak dan membuat orang lain ketakutan akibat tindakan tersebut bisa diminimalisir.
Meski begitu, apabila pemimpin kita justru sebaliknya, berpihak kepada yang salah, sebagai muslim yang cerdas, kita harus  menegur dan melakukan diskusi terkait persoalan yang ada. Apabila tidak ada jawaban yang baik maka sepantasnya kita mempertanyakan loyalitas dan kesediaan pemerintah dalam hal Agama yang telah diatur dalam kitab masing-masing. Konteks tulisan ini Islam maka yang saya maksudkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. 

Rasulullah SAW bersabda :
 “Barangsiapa yang mentaatiku berarti ia mentaati Allah dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka ia bermaksiat kepada Allah dan siapa yang taat kepada amirnya (pemimpin/penguasa) berarti ia mentaatiku dan siapa yang bermaksiat kepada amirnya (pemimpin/penguasa) maka ia berarti bermaksiat kepadaku dan amirnya adalah tameng.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1065-1068 ).

Kita harus mematuhi pemimpin kita dengan baik. karena dengan mematuhi pemimpin kita, berarti kita mentaati Baginda Nabi . Jadi janganlah dari kita langsung terjerumus dengan kesesatan dari informasi yang salah yang berakibat adanya tindakan semena-mena dan melakukan kekerasan terhadap suatu kelompok atau golongan. Mari kita galakan Kerukunan antar umat beragama.  
Di antara hal yang membedakan perdaban Islam dengan peradaban lainnya adalah sikap toleransi terhadap agama lain. Toleransi ini merupakan ciri yang kokoh di antara ciri-ciri lain peradaban Islam sepanjang massa. Sisi inilah yang menjadi saksi sejarah bahwa Islam adalah agama rahmat, moderat, adil, jujur, dan baik. Prinsip-prisip agung dan luhur tersebut menjadi salah satu faktor kemenangan Islam.
Sikap toleransi Islam ditunjukan sangat indah oleh Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya saat penaklukan kota Mekkah atau Fathul Mekkah. Dalam peradaban manapun penaklukan Mekkah adalah penaklukan sebuah kota yang sangat damai tanpa ada kekerasan sama sekali. Setalah Nabi Muhammad dan pengikutnya berhasil masuk kota Mekkah, nabi tidak menyuruh atau memaksa penduduk Mekkah yang belum beragama Islam untuk memul Islam nabi membiarkan mereka dan menghormati mereka untuk memeluk dan melaksanakan ibadah agama mereka. Perlu diketahui bahwa pada saat penaklukan Mekkah penduduk Mekkah terdiri dari bermacam-macam agama dan keyakinan. Ada agama Nasrani, maupun Yahudi.
Bukti nyata lainnya yang tercatat dalam sejarah Islam adalah keterangan yang diriwayatkan oleh Bukhari bin Jabir bin Abdullah. Ketika iring-irinagn jenazah melewati Nabi saw., beliau bangkit berdiri . Ada yang memberi tahu Nabi bahwa jenazah itu orang Yahudi. Lalu, Nabi menjawab, ”Bukankah dia juga manusia.”
Sikap toleransi juga diungkapkan dengan indah dalam al-Qur’an, surah al-Baqarah ayat 285 ”Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah , malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. ’Dan mereka berkata, ’Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
Nash al-Qur’an tersebut jelas-jelas membuktikan bahwa agama Islam menyerukan kepada umatnya agar beriman kepada semua nabi tanpa harus membeda-bedakan nabi yang satu dengan nabi yang lain sebab semua nabi mengemban dakwah, risalah, dan tujuan yang sama. Logikanya para nabi pembawa risalah sebelum Islam harus di imani, maka ajaran dan penganutnya harus pula di hormati.
Selain fakta serta bukti toleransi Islam yang digambarkan dalam kitab suci maupun tarikh Islam. Tingkat toleransi kaum muslim zaman rasulullah juga diakui oleh parat orientalis yang jujur. Sebut saja Gustav Lebone seorang orientalis yang mengakui bahwa tingkat toleransi Muhammad mencapai target yang mulia. Hal senada juga disampaiakn Thomas Arnold seorang orientalis asal Inggris dalam bukunya ad-Da’watul ila al-Islam bahwa ”Kami tidak pernah mendengar satu ayat Al-Qur’an yang berusaha memaksa suatu kelompok nonmuslim agar menerima ajaran Islam; tidak ada satu ayat pun yang memerintahkan untuk membumihanguskan agama Kristen.”. Demikianlah toleransi Islam diakui sehingga toleransi itu menjadi bagian ajaran Islam.

 Semoga kita bisa menciptakan Peradaban Islam yang lebih baik*

Tidak ada komentar: