10 November 2011

Sumpah Pemuda di Bayar Jiwa Raga

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang dilakukan oleh para kaum muda kita pada masa penjajahan. Kala itu, para kaum muda menyatakan bertanah air, berbahasa dan berbangsa satu, yaitu Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda pun bermakna kaum muda melepas segala atribut perbedaan dan bersatu untuk menggapai kemerdekaan Indonesia. Semangat persatuan yang dimiliki kaum muda kala itu akhirnya menghantarkan Indonesia kepada kemerdekaan yang harus dibayar tinggi, dengan jiwa dan raga.

Namun, yang terjadi sekarang ini justru kebalikan dari para pahlawan muda kita pada masa penjajahan. Banyak dari kaum muda sekarang ini lebih membicarakan perbedaan sehingga berdampak kepada gesekan sosial didalam masyarakat.

Selain itu, pergaulan yang telah melepas norma-norma mulia pun membuat kaum muda sekarang ini lebih melepas identitas diri sebagai kaum muda Indonesia. Akhirnya kaum muda yang diharap mampu menggantikan para pemimpin yang akan turun tahta nantinya,  hanya menjadi momok yang masih belum bisa terselesaikan dengan baik pembentukan karakter kepemimpinan.

Potret dilapangan, masih banyak permasalahan yang terjadi pada kaum muda kita, baik dari pergaulan bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, free sex, maupun bebal moral. Ini mengindikasikan bahwa kaum muda kita telah lupa perjuangan yang dilakukan para pahlawan muda kita selama ini, terlebih mereka tidak mampu memaknai arti perjuangan.

Mahasiswa yang merupakan salah satu elemen terpenting didalam dinamika kehidupan pun terkadang dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, baik didalam instansi pendidikan maupun didalam masyarakat. Sebut saja  mahasiswa yang senang melakukan aksi unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa memang tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar. Tetapi, yang digarisbawahi saat ini adalah efektivitas dan efisiensi dalam pembenahan permasalahan yang masuk kedalam multidimensi ini. Maka sewajarnya, penyelesaian yang dilakukan sebatas kepada kapasitas yang dimiliki mahasiswa dengan tugas yang melekat kepada dirinya.

Disayangkan bila aksi unjuk rasa yang dilakukan distandarkan sebagai aksi penyelesaian. Jika itu menjadi standar, maka mahasiswa yang notabenya mahluk intelektual, tidak akan ada artinya karena lebih berpikir pragmatis dengan berbasis tanpa pikir panjang,

Belum lagi masalah perbedaan yang dimiliki para kaum muda kita, yang justru hanya menjadi saling serang untuk memenangkan gaya hidup yang ada sekarang ini. Banyak dari kaum muda kita yang terjebak dengan gaya hidup, yang akhirnya dijajah dengan gaya hidup yang tidak relevan dengan kebutuhan hidup.

Hasilnya, konsumerisme merebak hingga kepada kaum muda kita. Padahal, masa perjuangan kaum muda kita pada tahun 1928, ketika kaum muda mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda, tidak mengarahkan perjuangan dengan terjajah oleh barang-barang mahal yang tidak relevan dengan kebutuhanya. Pahlawan pemuda kala itu justru berperang dengan kapasitas yang mereka miliki.

Ironinya, kaum muda sekarang berperang dengan sesama untuk bisa masuk kedalam gaya hidup mewah yang keluar dari batas norma yang ada. Akhirnya, perbedaan menjadi pakaian kaum muda untuk saling menonjol dari yang lainnya.

Hal ini sangan berbeda ketika kaum muda kita berjuang dengan jiwa dan raga mereka. Mereka berjuang dengan kapasitas yang dimiliki dan semaksimal yang bisa dilakukan. Dan, itu hanya untuk memerdekakan Indonesia, dan juga agar anak cucu mereka bisa menikmati kemerdekaan yang mungkin belum mereka rasakan kala itu.

Oleh karenanya, momentum Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Okteober, kita usahakan menjadi perenungan diri. Bahwa, jiwa dan raga yang telah tiada sekarang ini, demi membela tanah airnya Indonesia,  hanya bertujuan memerdekakan bangsa ini dari para penjajah.

Sudahkah kita berbenah dan memandang sebuah permasalahan dengan baik dan perjuangan maksimal. Maka, perjuangan 28 Oktober 1928 kala itu, merupakan salah satu momentum sejarah yang mampu menggerakan kaum muda untuk bahu-membahu membangun Indonesia sekarang ini. Dengan begitu kita mengetahui apa arti pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan muda kita.

Mungkin kita tidak bisa seperti para pahlawan muda kita, tapi minimal kita bisa meneruskan sedikit perjuangan mereka, untuk jiwa dan raga yang dikorbankan untuk memerdekakan bangsa ini. Mari kita lepas atribut perbedaan ini dan bersatu untuk selalu bersama dalam memperjuangkan persatuan dan kesatuan, demi kemerdekaan hakiki yang diinginkan oleh kita semua.

Tidak ada komentar: