08 November 2011

Peringatan Untuk Bersatu

Menjelang 28 Oktober 2011, banyak dari kita semua melakukan berbagai kegiatan yang bertema 'Pemuda'. Ya, tanggal 28 Oktober adalah hari peringatan Sumpah Pemuda. Hari dimana para pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928, mengikrarkan kalimat yang mampu mempersatukan dan bersatunya kaum muda untuk memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah. Dan kemerdekaan Indonesia dibayar dengan sangat mahal, yaitu jiwa dan raga para pahlwan kita. Kunci dari kemerdekaan kita adalah bersatu.

Keanekaragaman yang dimiliki bangsa kita menjadikan kita berbeda satu sama lainya. Indonesia pun terkenal dengan Bhineka Tunggal Ika, berbeda tapi kita satu. Namun, meski kita berbeda, kita mampu menang melawan para penjajah kala itu karena kita bersatu padu mengusir penjajah dari tanah air Indonesia. Bahkan dengan persenjataan yang kalah hebat dengan yang dimiliki penjajah, kita tetap mampu merebut kemerdekaan Indonesia.

Dari Sabang hingga Merauke, seruan bersatu untuk memerdekakan Indonesia pun bergemuruh. Setiap orang, baik yang tua hingga muda keluar dan berjuang melawan para penjajah. Alhasil, Indonesia mampu merdeka dengan berbasis persatuan.

Keanekaragaman yang dimiliki Indoneisa sebenarnya berpotensi baik dan mengarah kepada pembangunan yang dapat menyejahterakan semua lapisan di Indonesia. Ini terbukti dari merdekanya bangsa kita dengan semangat persatuan dan kesatuan.

Namun, dewasa kini, rasa persatuan dan kesatuan yang dimiliki bangsa kita kian memudar. Anak muda, yang salah satu elemen yang ada di Indonesia pun kian melupakan rasa persatuan dan kesatuan. Padahal, persatuan dan kesatuan mampu mengantarkan kita kepada tujuan yang menjadi keinginan bersama. Salah satunya adalah kemerdekaan.

Persatuan dan kesatuam adalah modal besar yang mampu mengkokohkan Indonesia sebagai bangsa yang kuat dimata bangsa lain. Sewajarnya kita tetap mengidentitaskan diri bangsa kita sebagai bangsa yang berbasis persatuan dan kesatuan karena dengan begitu, maka setiap tujuan yang hendak digapai bukan lagi sebuah mimpi tetapi akan menjadi sebuah kenyataan.

Diibaratkan, sebuah lidi akan mudah dipatahkan, namun tidak deimikian dengan lidi banyak yang berkumpul. Maka, seyogyanya persatuan dan kesatuan tetap ada didiri kita sekarang ini, sebagai salah satu cara meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan muda kita.

Namun, potret dilapangan sekarang ini, persatuan tidak lagi dikedepankan dan dominan. Perbedaan lebih dominan dan menjadi isu hangat yang mampu membuat konflik didalam masyarakat. Persatuan yang semakin tergerus karena banyak hal kini tidak mampu membendung permasalhan yang semakin krusial. Baik tentang agama, sosial, maupun ekonomi.

Kepentingan golongan pun membuat suasana era sekarang semakin memanas. Terlebih, penggerusan uang negara yang masuk kekantong pribadi membuat bangsa ini dihadapkan dengan permasalahan yang multidimensi dan multitafsir. Alhasil, perbedaan yang ditonjolkan sebagai atribut individu masing-masing semakin meruncingkan permasalahan yang ada.

Tidak lain, ini karena perbedaan lebih ditonjolkan untuk kemenangan ego masing-masing. Padahal, kepentingan masing-masing tersebut akan memancing gesekan kuat didalam masyarakat dan berakibat kepada konflik frontal yang sistematis dan prosedural.

Tetapi, yang menjadi korban dalam hal ini adalah rakyat yang tidak mengerti apa-apa, dalam hal ini rakyat berharap akan ada perubahan nyata dan sgnificant terkait kesejahteraan yang rakyat inginkan. Namun, kepentingan yang semakin raksasa dan liar telah membuat rakyat hanya menjadi komoditas kepentingan berbasis perbedaan.

Padahal, bila semua lapisan masyarakat dari mulai masyarakat bawah hingga presiden mampu merealisasikan persatuan dan kesatuan dinegeri ini, niscaya berat sama dipikul ringan sama dijinjing akan ada di Indonesia.

Oleh karenanya, peringatan 28 Oktober yang kita peringati sebagai hari Sumpah Pemuda, mari kita jadikan momentum baik untuk merenungkan dan merealisasikan persatuan dan kesatuan, demi mewujudkan perjuangan kemerdekaan yang hingga sekarang terbelenggu dengan penjajahan yang berbasis kepada pemikiran.

Tidak ada komentar: