Pagi itu, Kamen bangun dari kasurnya yang berisi jerami, yang diambil dari kandang kuda milik tetangganya. Setelah mengucek-ngucek mata dan membetulkan bentuk wajahnya, Kamen bangun dari kasurnya.
Setelah meraba-raba lemari dan mejanya, akhirnya Kamen berhasil menemukan kacamata miliknya yang tergeletak dimeja belajarnya. Setelah dipakai, Kamen pun memberekan kamar tidurnya dan bergegas turun menuju ruang makan.
Kamen adalah anak tunggal dari keluarga superhero, Ayahnya Sendalmen sedangkan ibunya adalah toiletwomen. Ayahnya begitu terkenal dengan cerita kepahlawanannya, bahkan Ustad Asep pernah ditolongnya.
Ini berawal dari Ustad Asep yang kehilangan sendal setelah shalat maghrib dimasjid. Ketika melihat Ustad Asep kebingungan, langsung saja Sendalmen mendatangi dengan cepat.
"Ada apa Pak Ustad", tanya Sendalmen.
"Oh kamu orang aneh, sendal saya hilang nih, siapa yang mengambil ya?", jawan Ustad Asep.
"Ciri-cirinya seperti apa pak Ustad", tanya Sendalmen.
"Ah kamu, banyak tanya, mank bisa menemukan sendal saya, kamu saja tidak pakai sendal", jawab Pak Ustad.
"Eits, tenang saja pak, kalau saya mau, saya bisa menemukan sendal pak Ustad", ujar Sendalmen.
"Yang benar kamu", tanya Pak Ustad penasaran.
"Tenang saja", jawab Sendalmen santai.
Lalu Sendalmen pun berkeliling masjid untuk mencari sendal Ustad Asep, sesekali Sendalmen melirik-lirik orang yang mencurigakan sekitar masjid.
Ustad Asep yang kebingungan pun mempercayakan sendalnya kepada Sendalmen. Tiba-tiba ketika Ustad Asep sedang merenungi sendalnya, pundaknya disentuh dengan lembut oleh Sendalmen.
"Pak Ustad, ini sendal Pak Ustad", kata Sendalmen dengan logat superhero.
"Ah, yang benar", jawab Ustad Asep sambil berdiri.
"Nih sendal Pak Ustad" kata Sendalmen seraya memberikan sendal tersebut.
"Ohiya benar, ini sendal saya, kamu ketemu dimana?" tanya Pak Ustad.
"Tapi kok, seperti baru ya, punya saya rada jelekan daripada ini", Kata Ustad Asep kebningungan
"Tapi terima kasih ya, Ohya nama kamu siapa?' tanya Ustad Asep.
"Oh saya Sendalmen pak, saya pahlawan sendal pak", jawab Sendalmen bangga.
"Hah, sendal....Ya sudahlah, terima kasih ya Pak sendal", kata Ustad Asep
"Sama-sama Pak Ustad", jawab Sendalmen singkat
Setelah itu pun Sendalmen mengibaskan jubah dan berlari dengan kaki telanjang sekencang-kencang meninggalkan Ustad Asep. Ustad Asep yang melihat hal itu pun bengong dan mengucap istighfar. Ustad Asep pun pulang menuju rumahnya.
Namun sebelum melangkahkan kakinyam tiba-tiba datang kakek-kakek khas betawi yang ternyata mertua Pak Ustad Asep, beliau datang dengan kebingungan.
"Kenapa Beh?" tanya Ustad
"Sendal gua ilang nih Sep, begemane nih, gua nyeker dah pulangnya", jawab mertua Ustad Asep dengan bahasa Betawi.
Ustad Asep yang merasa sedih dengan kejadian itu pun menawarkan sendalnya untuk dipakai oleh bapak mertuantnya.
"Beh, Babeh pake punya saya saja", Kata Ustad Asep sambil melepaskan sendalnya.
"Wah, makasih nih Sep. Elo mank menantu gua yang baik banget", jawab mertua Ustad Asep.
Belum sendal itu dipakai oleh mertua Pak Ustad, kakek tersebut melihat dengan seksama sendal yang ditawarkan menantunya.
"Lah, inikan sendal gua, elo nyolong sendal gw Sep?", tanya Mertua Ustad dengan ketus, khas kakek-kakek yang ayamnya hilang.
"Hah, masa sih beh?' Ustad bertanya balik
Namun sebelum mertua Ustad menjawab, tiba-tiba PLOOOK, Ustad Asep digaplok mertuanya.
"Bujug, gua udah tua masih aja lo kerjain, dasar gilee lo", Kata mertua Ustad
"Sabar Beh, Sabar, Aye bisa jelasin Beh", kata Ustad coba memberi alasan.
Tapi karena mertua Ustad sudah menggulung kaos lengannya dan nyari-nyari golok, Ustad pun ngacir sambil bertelanjang kaki.
"Tolooooong" teriak Ustad Asep sambil ngibrit.
Sendalmen pun menjadi pahlawan sendal.
Luar biasa
Pagi itu, Kamen memakan sarapan pagi, yang dibikin ibunya ditoilet rumahnya. Dengan lahap Kamen memakan makanan yang dibikin oleh ibunya.
Setelah makan, Kamen bersiap untuk pergi bersekolah di SD Makerhero. Ayah dan Ibunya, sengaja menyekolahkan Kamen di SD Makerhero agar dirinya bisa menjadi super hero seperti ayah dan ibunya. Berbekal nilai-nilai mulia, kedua orang tuanya berharap di SD Makerhero dapat membentuk Kamen menjadi pahlawan pengetahuan hebat.
Setelah berkelahi dan berebut toilet dirumahnya, akhirnya toiletwomen mengalah demi anaknya . Setelah siap, Kamen pun pamit dan menuju sekolahnya.
"Yah, Bu, Kamen berangkat sekolah ya", kata Kamen sambil mencium tangan orang tuanya.
"Iya nak, hati-hati ya", jawab ayah dan ibunya.
Kamen pun berangkat dengan mengendarai sepeda roda tiganya yang dimodifikasi dengan tambahan knalpot motor bebek dibelakangnya, meski aneh tapi Kamen bangga menaikinya.
Dalam perjalanan, Kamen melewati banyak sekali blok-blok berbahaya didaerah rumahnya, Blok D merupakan blok paling berbahaya.
Karena Blok D merupakan tempat bandar narkoba, perokok berat, tukang buang sampah sembarangan, suka korupsi dan lain-lain berkumpul dan saling konsolidasi.
Kamen pun mengayuh sepedanya dengan kencang ketika melewati Blok D. Ketika melewati Blok D, Kamen sempat diganggu beberapa orang.
"Hei cuuy", kata salah seorang remaja dengan rambut setengah pirang setengah hitam dengan logat gaul jaman sekarang ini dengan mulut menyong-menyong.
"Rodanya muter tuhh", lanjut kata orang tersebut.
Kamen yang merasa dirinya terancam langsung memberikan pantat dan mengkentuti orang tersebut seraya mengayuh sepedanya lebih kencang.
"Sial, dia ngentutin gua", kata orang tersebut sambil menunjuk-nunjuk.
Sesampainya isekolah, Kamen pun memarkirkan sepeda roda tiganya diparkiran motor tempat para guru memarkirkan motornya.
Seperti biasa, satpam yang melihatnya langsung melempar jauh-jauh sepeda Kamen. Kamen pun mencoba berlari-lari ketempat sepedanya dilempar.
Lalu memarkirkan diparkiran sepeda yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
Dalam perjalanan menuju kelasnya, Kamen pun merenung. Dia memikirkan, bagaimana agar dirinya bisa kuat dan bisa membela diri ketika dirinya merasa terancam atau diganggu orang.
Sebelum panjang lebar memikirkannya, bel sekolah pun berbunyi. Kamen pun berlari menuju kelasnya.
Ketika memasuki kelas, Kamen langsung saja duduk ditempat biasanya. Tidak lama guru Heni pun datang dan memberi salam.
"Halo anak-anak, Salam Super ya", kata Bu Heni dengan logat Mario Teguh versi peempuan.
"Salam super juga buu", jawab anak-anak
Pelajaran pun dimulai, Bu Heni menjelaskan, bagaimana cara melawan kejahatan menggunakan akal manusia dan dengan mengajak mereka menuju kebaikan. Kamen yang memperhatikan Bu Heni dalam memberikan materi pun mulai mengerti apa yang akan dilakukan apabila dirinya berhadapan dengan kejahatan.
Kamen pun merenung untuk mencari jati diri pahlawannya, dalam perenungan itu, tiba-tiba penghapus papan tulis terlihat bergerak kencang kearah kamen, dan BUUUK.
"Aduuuh", kata Kamen.
"Kamen, kamu dengarkan apa yang ibu jelaskan tidak, kok ngelamun saja kerjaanya", Kata Bu Heni dengan marah.
"Maaf bu, Maaf" jawab Kamen.
Pelajaran pun berlanjut, meski Kamen melihat papan tulisan dan Bu Heni namun pikiranya melayang tentang cara melawan kejahatan.
Ketika pelajaran selesai, Kamen pun menuju halaman sekolah untuk bermain dengan teman-teman lainnya. Sesampainya Kamen melihat ada kerumunan anak-anak ditengah lapangan.
Kamen pun langsung mendatangi dan ,melihat "Genta", Genta adalah anak gendut yang lehernya saja hampir tidak ada karena kegemukannya, dia adalah anak yang cukup nakal dan tidak ada yang berani melawannya.
Disitu Genta sedang mengancam Tuti karena tidak mau mengajak Genta bermain boneka-bonekaan. Kamen yang melihat itu pun geram. Namun Kamen tidak berani melawan Genta, anak-anak yang lain pun demikian. Kamen pun mencoba cara lain untuk melawan Genta.
"Bagaimana cara agar aku bisa melawan genta dan kejahatan?", tanya Kamen dalam hatinya.
Kamen pun berpikir dengan keras, tiba-tiba teringat ucapan Bu Heni, bahwa untuk melawan kejahatan menggunakan akal manusia atau mengajak kedalam kebaikan.
Tiba-tiba suasana menjadi hening ketika Kamen berteriak,.
"Lepaskan Dia!!!", kata Kamen dengan logat pahlawan kayak difilm layar lebar.
Tiba-tiba kerumunan pun memberikan jalam kepada Kamen, Genta dengan mengeluarkan asap dari hidungnya terlihat sedang mengikat Tuti ditiang bendera
"Lepaskan dia, dasar kamu mahluk jahat", kata Kamen dengan mantap.
"APA, kamu bilang aku jahat", jawab Genta dengan kesal.
Genta pun berlari menuju Kamen, anak-anak pada berlarian meminta tolong, ada yang naik keatas pagar, ada yang menelpon ayah ibunya, bahkan ada yang menelpon dinas pemadam kebakaran.
Kamen yang melihat hal itu langsung bersiap dengan kain merahnya, ibarat banteng yang sedang marah, Genta selalu meleset menyeruduk kain merah yang dikibarkan Kamen.
Kamen dengan senyuman abang-abang pun membanggakan dirinya, para guru yang melihat dari pinggir lapangan pun memberikan sorak-sorak dan dukungan kepada Kamen.
Kepala Sekolah pun memberikan pom-pom kepada para guru perempuan untuk mendukung Kamen, sungguh kasihan Genta.
Namun tiba-tiba, DUUUK, Kamen terkena serudukan dari Genta, sontak semuanya berteriak.
Kamen pun terjatuh dan mencium hangatnya pasir halaman sekolah.
Genta pun menghajar Kamen, Teman-teman Kamen pun langsung menolong, sedangkan para Guru melerai mereka berdua.
Keduanya pun disidang diruang kepala sekolah, mereka berdua pun ditegur dan diingatkan agar tidak mengulangi perbuatannya.
"Dengar ya, kalian berdua tidak boleh berkelahi seperti itu, kalau bisa dibicarakan baik-baik, maka perkelahian itu bisa diantisipasi, mengerti kalian", kata Kepala Sekolah tegas.
"Baik Pak,", jawab Kamen dan Genta bersamaan.
"Yasudah kalian salaman sekarang:", kata Pak Kepala Sekolah.
Mereka berdua pun bersalaman dan saling meminta maaf. Setelah itu mereka pun keluar dari ruangan kepala sekolah.
Ternyata diluar ruangan, teman-teman Kamen ikut mendengarkan apa yang dibicarakan Kepala Sekolah kepada mereka berdua.
"Ah, nguping pembicaraan ya?", tanya Kamen.
"Dikit Men", jawab salah satu teman Kamen.
"Eh Men, Tadi maaf ya, tidak seharusnya aku nyeruduk kamu", kata Genta kepada Kamen.
"Oh, sama-sama Gent, aku juga yang salah", jawab Kamen.
TIdak lama, bel masuk pun berbunyi, mereka berdua dan teman-teman pun masuk kekelas masing-masing.
Sepulangnya dari sekolah, Kamen tetap berpikir bagaimana caranya melawan kejahatan, ucapan Bu Heni ditelinga Kamen masing terngiang-iang. Kamen pun langsung mengambil sepeda roda tiganya dan pulang kerumahnya.
Kamen pun melewati Blok D kembali, anak yang tadi dikentuti Kamen telah siap menghadang Kamen, Ia mengunyah permen karet dan bersiap menjejeli Kamen dengan permen karetnya yang akan ditempeli dirambut Kamen. Kamen yang menyadari hal itu pun langsung berpikir untuk menghindarinya.
Kamen pun kebingungan, namun Kamen teringat pahlawan yang berubah menjadi kuat ketika mereka berganti pakaian superhero atau memakai baju yang keren berlapis tehnologi canggih.
Kamen pun melihat sekeliling dan mencari-cari cara agar bisa seperti mereka. Kamen ingin seperti kedua orang tuanya, Sendalmen dan toiletwomen. yang menjadi kuat ketika memakai sendal dan memegang tempat jamban.
Sontak pandangan Kamen tertuju kepada seorang penjual mainan gerobak, Kamen langsung mendatangi dan mendapatkan kacamata hitam yang harganya Rp.500,00, yang gagangnya beraneka macam warna terpajang digerobak jualan itu. Kamen pun membelinya dan memilih warna merah dengan kaca berwarna hitam.
Kamen pun tiba-tiba merasa ada perubahan dalam dirinya, dirinya merasa dunia yang dilihatnya terlihat agak sedikit gelap. Kamen pun yakin ini adalah kekuatan super dari kacamata yang dibelinya.
Kamen pun teriak "AKU KACAMATA-MEN", orang-orang sekitar pun bengong melihat anak usia 10 tahun teriak disamping gerobak mainan.
Anak yang dikentuti Kamen pun langsung menyerang Kamen dengan sadis, dikeluarkannya permen karet dari mulutnya dengan jari telunjuk setelah menggaruk pantatnya dan langsung mengaahkan permen karet kerambut Kamen.
Kamen pun bersiap menghadapi anak terebut, orang-orang sekitar pun menganga melihat keajaiban kedua anak ajaib ini.
Dan "JRUUUK", ternyata jari telunjuk Kamen berhasil masuk kedalam lubang hidung anak tersebut, anak tersebut pun tersungkur lemas. Kamen pun berdiri gagah dan mengatakan.
"Kacamata-Men akan melenyapkan kejahatan di Blok D", kata Kamen sambil bergaya seperti pahlawan.
Kamen pun pulang dengan sepeda roda tiganya serta knalpot yang menempel disepedanya.
To Be Continyu . . . . .
1 komentar:
lebih bagus lagi kalo dijadiin komik bergambar biar ceritanya makin berasa lebih hidup hehehehe
Posting Komentar