01 Maret 2011

KEPUTUSANKU MENJADI BADUT

Badut berwarna merah dan menyerupai kelinci ini adalah Zainudin yang lahir pada tanggal 12-08-1987. Sudah 4 tahun Zainudin berprofesi sebagai badut di Taman Mini Indonesia Indah atau lebih dikenal dengan TMII. Pemuda berumur 23 tahun ini mengaku tidak ada pilihan lain selain menjadi badut karena pendidikan terakhirnya yang hanya sampai jenjang SMP.
Orang tua Zainudin tidak mampu membiayai dirinya untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Mulai saat itu, Zainudin putus sekolah dan mulai merasakan bagaimana menganggur dan mencari uang untuk membantu perekonomian keluarganya.
Ia tidak merasa dipekerjakan, Ia hanya ingin membantu kedua orang tuanya yang kesusahan dengan ekonomi keluarga.
Karena hal itu Zainudin tidak bisa mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkannya tetapi ia tidak menyalahkan kedua orang tuanya. Ia memahami bahwa kedua orang tuanya telah mati-matian mencari uang untuk membiayai dirinya bersekolah agar kelak bisa membanggakan kedua orang tuanya.
Rumah yang sangat dekat dengan TMII memudahkan Zainudin untuk bekerja sebagai badut di taman rekreasi tersebut. Rumah Zainudin berlokasi tepat di depan gerbang Pintu II TMII.
            Para penjaga gerbang TMII pun sudah mengenal Zainudin, bahkan sering nongkrong bersama dan sering bersenda-gurau dengan petugas lain di TMII. Dengan pertemanan yang begitu erat, Zainudin bisa masuk kedalam TMII dengan gratis.
            Pemuda asli Betawi ini, sebelum menjadi badut, Ia bekerja serabutan. Ia pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan lain-lain yang menggunakan otot. Apa saja pekerjaan yang menurutnya bisa ia lakukan, maka akan dilakukan selama sesuai dengan kemampuannya.
            Zainudin tidak merasa malu atas pekerjaan apapun yang ia kerjakan, selama itu halal dan tidak melanggar peraturan, pasti ia lakukan.
            Zainudin biasanya diajak oleh teman-temannya ketika ada pekerjaan yang membutuhkan orang banyak. Namun karena tingkat pendidikannya maka Zainudin tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada bekerja serabutan dan hanya sebagai kuli dan semacamnya.
            Meski begitu Zainudin tidak menjadikan hal itu untuk bermalas-malasan. Justru hal itu mendorongnya untuk bisa memaksimalkan potensi yang ia miliki.
            Awal mula Zainudin menjadi badut ketika 4 tahun lalu ia diajak salah satu temannya untuk menjadi badut, temannya sudah tidak kuat menjadi badut lagi dan memberikan pekerjaan badut kepada Zainudin. Dari situlah Zainudin berprofesi sebagai badut hingga kini.
            Dalam perjalanannya menjadi badut, Zainudin mengalami pasang surut. Adakalanya Ia mendapatkan uang banyak namun terkadang Ia tidak mendapatkan uang sepeserpun.
            Badut yang dijadikan lahan pekerjaanya tidak seperti yang dibayangkan orang pada umumnya. Karena kostum badut yang dikenakannya bukanlah hasil sewaan melainkan harus membeli sendiri. Menjadi badut pun tidak dipekerjakan oleh pihak TMII tapi bekerja sendiri secara individu, tidak ada yang mempekerjakan.
            Oleh sebab itu jam kerja menjadi badut sangatlah fleksibel karena bekerja menjadi badut sesuai dengan keinginan sendiri. Kalau ingin bekerja tinggal mengenakan kostum badut dan berangkat menuju TMII, kalau lagi tidak ingin maka tidak bekerja menjadi badut di TMII. Hal itu tergantung dari masing-masing orang.
            Kostum badut yang dimiliki Zainduin hanya memiliki ventilasi sedikit. Sudah pasti keringat bercucuran ketika sedang memakai kostum badut. Belum lagi berat kostum serta kepala badut, membuatnya harus memiliki tenaga ekstra.
            Dalam mencari uang, biasanya Zainudin dan teman-teman yang berprofesi badut yang menjadi kelompoknya, harus mendatangi pengunjung dan mengajak mereka untuk berfoto bersama. Setelah itu barulah Zainudin yang mengenakan kostum badut menunjuk-nunjuk perutnya yang memiliki kantong seraya memberikan kode untuk memasukan uang kedalam kantong yang ada diperutnya.
            Namun tidak semua pengunjung mau berfoto bersama. Tidak sedikit pengunjung yang menolak untuk berfoto bersama. Parahnya lagi terkadang ada pengunjung yang tidak mau memberikan uang setelah berfoto bersama Zainudin. Bila hal itu terjadi, biasanya Zainudin hanya bisa pasrah dan mencoba ke pengunjung lain dengan berharap bisa mendapatkan uang untuk keperluan hidupnya.
            Anak keempat dari 6 bersaudara ini ingin menunjukan kepada saudara-saudaranya bahwa dirinya adalah anak yang bertanggung jawab dengan mencoba membantu perekonomian keluarga dengan cara bekerja sebagai badut.
            Kostum badut yang dibeli Zainudin tidaklah murah, Zainudin mengatakan bahwa harga kostum badut yang dimilikinya dibeli dengan total Rp.400.000. Bajunya dibeli di Tanah Abang sedangkan kepala badut dibeli di sanggar di daerah Kramat 4, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
            Butuh perjuangan yang cukup keras bagi Zainudin untuk bisa memiliki kostum badut. Namun karena kegigihannya akhirnya kostum badut bisa Ia beli.
            Suka duka yang dialami menjadi badut pun cukup banyak. Duka menjadi badut menurut Zainudin ketika pengunjung mau berfoto namun setelah itu tidak mau memberikan uang kepadanya, atau ketika hujan turun maka pengunjung akan sepi sehingga tidak ada uang yang masuk untuk dirinya. Namun suka yang dialami Zainudin adalah ketika dirinya sedang pusing, maka Ia langsung mengenakan kostum badut dan menuju TMII serta langsung menghibur pengunjung khususunya anak kecil. Ketika anak kecil berani dengan dirinya yang sedang memakai kostum badut maka Zainudin tidak segan-segan bercanda dan bersenda gurau dengan anak tersebut. Dengan begitu, pusing yang dialaminya pun bisa hilang dengan cara menghibur orang lain.
            Dalam profesinya, badut sangatlah banyak di TMII. Oleh karena itu ada koordinator lapangan badut di TMII, Pak Ridwan adalah senior badut di TMII serta yang mengatur wilayah-wilayah badut. Beliau disegani dan menjadi koordinator badut di TMII.
            Dengan begitu tidak ada badut-badut nakal yang memasuki wilayah badut lain dengan semena-mena.
            Dalam bekerja, Zainudin ditemani teman-teman yang berprofesi menjadi badut seperti dirinya. Pertemanan yang begitu lama dan merasa senasib sepenanggungan membuat pertemanan diantara mereka begitu erat. Susah dan senang dihadapi bersama serta tidak ada istilah ingin menang atau untung sendiri ketika mendapatkan rejeki. Rasa berbagi dan kasih sayang begitu terasa dikelompok badut ini. Zainudin merasa nyaman sehingga dalam bekerja pun segalanya terasa indah karena kebersamaan ini.
            Bila rasa lelah datang, biasanya Zainudin dan teman-temanya beristirahat didekat Keong Mas. Membuka kostum badut dan merasakan segarnya udara yang menghampirinya.
            Sesekali tawa canda menghiasi ketika para badut sedang beristirahat. Meski begitu mereka jarang mengeluh atas pekerjaan yang mereka lakukan.
            Dalam bekerja, setiap badut tidak diperbolehkan untuk memasuki wilayah badut lain. Zainudin dan rekan-rekanya sesama badut yang menjadi satu kelompok ini memiliki wilayah dikawasan Keong Mas. Mereka tidak boleh berada dikawasan Tugu atau tempat lain karena dikawasan itu sudah memasuki wilayah badut lain.begitu juga dengan badut lain, tidak boleh ada yang memasuki wilayah Keong Mas dan tempat lain yang bukan menjadi bagian wilayahnya.
            Bila ada badut yang menyalahi peraturan wilayah, biasanya badut tersebut akan kena marah oleh badut yang memiliki kawasan tersebut.
            Adanya koordinator ini membuat badut-badut menjadi teratur dan tidak adanya kesenjangan diantara badut.
            Biasanya Zainudin berangkat dari rumah menuju TMII pada pukul 08:00 WIB dan bekerja sampai pukul 18:00 WIB. Tapi bila Ia merasa tidak kuat maka Zainudin pulang lebih cepat untuk beristirahat dirumahnya.
            Selain menjadi badut, Zainudin terkadang juga menjadi tukang parkir di TMII. Ketika ada pernikahan yang diselenggarakan di gedung Sasana TMII. Biasanya Zainudin langsung saja mendatangi parkiran dan mengatur mobil-mobil yang keluar masuk tempat parkir, tidak ada yang menyuruh namun hal itu dilakukan Zainudin sekedar mencari sesuap nasi untuknya.
            Satpam yang bertugas di TMII pun sudah mengenal Zainudin. Oleh karena itu Zainudin tidak kena marah namun dipersilahkan untuk melakukan hal tersebut.
            Zainudin biasanya mengetahui informasi tentang adanya resepsi pernikahan dari janur kuning yang dipasang di TMII. Setelah Ia melihat hal itu, biasanya Zainudin langsung bersiap dirumahnya dan langsung menuju kawasan yang menjadi resepsi pernikahan.
            Zainudin biasanya langsung tanggap terhadap apa yang bisa mendatangkan uang yang menurutnya halal. Oleh sebab itu, Ia tidak malu-malu untuk menjadi tukang parkir dan semacamnya selama hal itu benar.
            Meski pekerjaan yang dilakukannya serabutan, namun menjadi badut merupakan pekerjaan tetap yang dilakukannya hingga kini. Ia mengaku tidak punya pilihan lain. Bila melamar di perusahaan, paling maksimal Zainudin hanya diterima sebagai Cleaning Service atau Office Boy. Menurutnya pekerjaan itu tidak Ia inginkan karena uang dari pekerjaan juga tidak terlalu banyak. Badut merupakan pekerjaan yang mendatangkan uang yang lumayan menurutnya. Pemasukan yang didapatkan pada hari Sabtu dan Minggu biasanya berkisar Rp.30.000 dan paling besar Rp.50.000.
            Apabila hari-hari besar maka uang yang bisa Ia dapatkan bisa lebih dari itu semua. Uang yang Ia dapatkan biasanya dikumpulkan untuk membeli sesuatu yang Ia butuhkan.
            Didalam keluarga Zainudin, hanya dirinyalah yang berprofesi sebagai badut. Kedua orang tuanya pun mendukung Zainudin yang berprofesi sebagai badut. Bahkan adik dan kakak Zainudin tidak mengolok-olok pekerjaan yang dilakukan Zainudin. Meski terbilang masih muda, Zainudin telah memberikan suatu contoh kerja keras tentang perjuangan hidup.
            Meski begitu Zainudin tetap memiliki mimpi untuk bisa mempunyai pekerjaan yang lebih baik dari sekarang. Meski pendidikan terahkirnya hanya SMP namun perjuangan Zainudin tetap dilanjutkanya dengan harapan mimpinya bisa terwujud.
            Dibalik kostum badut, Zainudin ternyata memiliki kekasih hati yang bisa mengerti dirinya apa adanya. Meski dengan pekerjaanya sebagai badut, kekasihnya tidak sama sekali mengeluhkan hal tersebut tapi justru mendukung apa yang dilakukannya. Bagi kekasihnya yang terpenting Zainudin bisa bekerja dengan halal dan bekerja secara maksimal serta dilakukan secara ikhlas.
            Dalam berpacaran, kekasih Zainudin tidak pernah meminta yang aneh-aneh, meski dirinya tidak memiliki kendaraan seperti yang dimiliki anak pada umumnya tetapi kekasihya tidak mengeluhkan hal itu. Baginya bisa sama-sama dalam berbagi kasih sayang itu sudah lebih dari cukup. Hingga kini hubungan itu pun sudah berjalan hampir 1 tahun lamanya.
            Dibalik kostum badut, yaitu Zainudin. Ternyata tersembunyi keikhlasan dalam melakukan sesuatu tanpa harus malu atas apa yang dikerjakan. Bila itu halal mengapa tidak dilakukan daripada melakukan hal-hal yang negatif.
            Meski hidup adalah pilihan namun Zainudin tetap ikhlas dan terus melakukan yang terbaik untuk dirinya dan keluarga serta kekasih hatinya agar bisa mewujudkan harapannya.
            Sebuah contoh perjuangan hidup seseorang dibalik kostum badut

Berfoto bersama dengan Zainudin diakhir liputan
 

4 komentar:

vi3 mengatakan...

good posting... salud buat zainuddin yang dengan gigih bekerja keras untuk hidup... tidak hanya dengan meminta minta atau mengamen asal asalan...

thx buat postingannya... o ya ini kunjungan dari blogfam ya... met kenal..

Kacamata dan Komputer mengatakan...

makasih mba
siap. salam kenal mba

Ksatria Fantasy mengatakan...

wah,keren karya sendiri ya bozz,salam knal.. ,jangan lupa mampir di blog saya ya,http://ksatriafantasy.blogspot.com

Kacamata dan Komputer mengatakan...

Ksatria : Iy ini saya tulis waktu liputan di TMII bersama rekan saya,.terima kasih,.