08 Oktober 2011

Media Massa Komersial yang Menyimpang

Media Massa adalah alat atau medium yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan kepada sejumlah besar orang. Dewasa kini, siapa yang tidak mengetahui media massa, dan siapa yang tidak menggunakan media massa. Hampir dari kita, pasti pernah dan telah menggunakan atau mengkonsumsi media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. Penggunaanya pun berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan yang dimiliki masing-masing individu.

Fungsi dari media massa, terdiri dari empat aspek, yaitu menghibur, mendidik, menginformasikan dan mempengaruhi. Namun, sekarang ini fungsi yang paling menonjol dari keempat hal tersebut adalah mempengaruhi. Yang mana media massa dapat mempengaruhi khalayak baik dari proses kognitif hingga konatif.

Bahkan Didalam Ilmu Komunikasi terdapat teori hypodermik atau teori jarum suntik. Teori ini berkutat dengan menekankan bahwa khalayak dianggap pasif dan tidak berdaya akan pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa. Dengan begitu, media massa mampu mempengaruhi khalayak dengan pesan yang disampaikanya dengan menggunakan komunikai massa.

Tetapi, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, lahir juga teori Uses and Gratification. Teori ini mempupuskan teori jarum suntik dengan mengatakan bahwa khalayak cukup aktif dalam mengkonsumsi media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya.

Hal ini terbukti bila melihat, seseorang pasti akan mengganti chanel tv mereka bila tayangan yang disajikan tidak sesuai dengan keinginan mereka, dan seseorang akan berhenti disuatu channel yang menurutnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Ini cukup membuktikan bahwa seseorang atau individu memiliki kekuatan untuk menyeleksi penggunaan media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya.

Terlepas dari kajian ilmiah yang dipaparkan. Media massa sekarang, yang telah dijabarkan fungsi-fungsinya. Kini bisa dikatakan telah menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah ditentukan, terutama UU Penyiaran. Sedikit menyinggung, bahwasanya media massa memiliki ideologi yang berbeda-beda, tergantung dari pemilik atau owner media massa sendiri. Baik yang bergerak dibidang komersial, idealis, maupun komersial dan idealis. Meski begitu, media massa harus tetap berada dalam fungsi-fungsi yang telah ada, yaitu menghibur, mendidik, menginformasikan dan mempengaruhi. Dan kesemuanya diharap berkombinasi dan bersinergi satu sama lainnya. Dan dalam hal ini tentu adalah fungsi-fungsi yang mengarah positif.

Penyimpangan yang terjadi sekarang ini adalah cukup banyak media massa komersial yang menyajikan informasi-informasi yang salah satunya adalah tidak mendidik. Memang pencapaian sasaran seluas mungkin yang digapai media massa, lumrah dilakukan guna meningkatkan kinerja media massa tersebut sehinga banyak iklan yang berdatangan. Tentu bukan rahasia umum lagi, bila nyawa dari media massa adalah iklan. Namun demikian, yang ditekankan dari hal ini adalah penyimpangan media massa dalam sajian informasi yang tidak mendidik dengan tujuan komersial semata.

Sistem kapitalis yang terjadi sekarang ini, menjadikan media massa marak menyajikan informasi yang tidak sesuai dengan fungsi media massa, salah satunya yaitu mendidik. Dengan tujuan komersial semata, media massa menyajikan informasi atau tayangan yang memang diminati penonton tanpa mempedulikan asas pendidikan. Seperti menayangkan kehidupan selebritis yang tidak ada kaitanya dengan mendidik, tayangan mistik, dan semacamnya. Memang taktik ini berhasil memukau para penonton untuk tertarik perhatianya kepada pesan yang disampaikan media massa.

Akan tetapi, efek dari pesan tersebut membuat masyarkat kita semakin bodoh dan menjadi barang dagangan untuk kepentingan komersial semata. Bisa kita lihat dari tayangan-tayangan seperti tayangan Gosip, sinteron yang tidak menenkankan kepada norma-norma mendidik dan logika kenyataan, sajian yang masih berbau kekerasan, berbau seksualitas dan menyoroti mistik yang melepas batasan norma. Diperparah dengan munculnya penyakit tuna norma dimasyarkat kita akibat tayangan tersebut. Menjadikan masalah penyimpangan media massa, dalam konteks masyarakat dijadikan sasaran untuk pencapaian uang semata, menjadi masalah yang harus difokuskan untuk diluruskan.

Pemerintah selaku pemegang kekuasaan pun seakan enggan, untuk ikut campur tangan terkait tayangan-tayangan yang tidak mendidik masyarakat. Bahkan Lembaga Penyiaran Indonesia dirasa tidak berfungsi dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang mensensor atau membredel suatu media massa yang dirasa telah keluar dari standar penyiaran.

Tentu masih ingat dibayangan kita, banyak film-film hadir dibioskop tanah air dengan mengusung aksi kekerasan dan adegan panas, tanpa ada maksud mendidik yang jelas. Dan ironinya, banyak dari masyarakat kita mengkonsumsi film tersebut. Dan belakangan ini, film-film tersebutlah yang hadir, dan seakan telah menjadi trend didunia perfilman kita.

Ironinya, para pemilik modal dan pekerja di media massa tidak memperdulikan masalah yang telah krusial ini. Bisa kita lihat sekarang ini, banyak terjadinya tindak kekerasan akibat menonton suatu tayangan yang bersifat kekerasan, terjadinya aksi pemerkosaan oleh sejumlah anak dibawah umur akibat mengkonsumsi tayangan yang membangun hawa nafsunya, adanya gaya hidup yang dianut dari suatu film dengan budaya luar yang  tidak mengenal lagi budaya sendiri yang luhur, dan semacamnya.

Tentu ini masalah krusial, oleh karenanya adanya tindakan tegas dan preventif dari pemerintah, terutama LPI. dalam membatasi tayangan-tayangan yang tidak sesuai, diharapkan muncul dengan skala masif dan pasti. Bila perlu, ada campur tangan dari pemerintah dalam hal mendidik, dan menuntun para industri media massa, untuk dapat menjalankan keempat fungsi secara berkseniambungan dan bersinergi. Dengan tujuan, menciptakan masyarakat yang unggul dan bermartabat, dan menjunjung nilai-nilai mulia.

Adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak mengkonsumsi media massa yang menyimpang pun diharap tumbuh, guna turut serta mengekang pembiaran media massa berbasis kapitalis berkembang dinegeri ini. Hingga rating televisi yang menampilkan informasi yang menyimpang menjadi turun drastis, dan dari situ diharap tidak adanya iklan yang masuk, dan akhirnya sadar akan kepentingan bersama dalam membangun negeri ini kepada tujuan yang mulia.

Tentu kita semua berharap akan ada media massa yang menyajikan informasi yang sesuai dengan fungsi-fungsinya. Dan sinergi dari empat fungsi tersebut. Dan hal itu diharap dalam proses masif disegala media massa, baik media cetak maupun media elektronik.

Karena baik atau tidaknya suatu masyarakat disuatu negara, ditentukan oleh media massa. Jika masyarakatnya baik, maka media massanya baik dalam menjalankan fungsinya. Namun, jika masyarakat itu tidak baik, maka media massa itu juga tidak baik dalam menjalankan fungsinya.


Tidak ada komentar: