Fenomena alam yang sering terjadi, terutama yang terjadi di Indonesia adalah sebuah bukti keberadaan dan kebesaran yang dimiliki sang Khalik, yaitu Allah SWT. Fenomena yang terjadi, mulai dari awan yang berlafaz Allah, laa illa ha illallah, Muhammad SAW, langit terbelah, pelangi, gempa, dan semacamnya adalah sebuah keagungan dan kekuasaan yang dimiliki Allah. Dan sepatutnya kita mengaggungkanya dengan baik tanpa menempelkan stempel yang menyimpang.
Maksudnya adalah kita tidak melihat itu sebagai sesuatu yang berlebihan, dan berorientas kepada mengesakan Allah SWT.
Mengapa demikian? Karena potret di bangsa ini, masih banyak saudara-saudara kita yang mengaitkan fenomena alam dengan sesuatu yang menyimpang. Hal ini bisa kita lihat dari tayangan dibeberapa media massa, kita akan menemukan sekelompok orang akan memberikan sesajen kepada suatu penunggu daerah, entah gunung, danau ataupun semcamnya, agar daerahnya tentram, batu yang disambar petir dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, tentu tanpa memperhitungkan nilai logika dan rasionalitas, air yang menyembur dari batu, diyakini dapat membawa kekayaan, dan semacamnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Hal ini sangat disayangkan. Karena hal itu telah menyimpang jauh dari kebenaran logika dan rasional manusia. Padahal, terdapat sunatullah yang jelas dalam penciptaan yang telah Allah SWT ciptakan. Yang mana keseluruhanya telah tertata dengan sempurna dan rapih sehingga tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa adanya sepengetahuan Allah SWT. Oleh karenanya, pasti terdapat proses panjang dan adanya penyertaan doa dan kerja keras dalam mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai individu, yaitu kebahagiaan yang hakiki.
Jad, fenomena alam yang terjadi, yang populer dalam masyarakat kita, tidak lain semata-mata merupakan kebesaran Allah SWT, maka sewajarnya kita melihat hal tersebut dengan baik, dan tidak mengaitkan dengan sesuatu yang buruk, dan berdampak kepada lunturnya suatu keimanan.
Maraknya mengaitkan fenomena alam, berupa gempa bumi, batu yang diyakini menyembuhkan, mata air yang membawa kekayaan, binatang yang membawa kekayaan, dan semacamnya, merupakan penyinpangan yang terjadi karena proses ketidakberhasilan pemerintah dalam memberdayakan rakyatnya dalam hal mensejahterakan.
Ketidakmerataan kesejahteraan yang didapatkan masyarakat, berimplikasi kepada sakitnya moral bangsa kita sehingga melunturkan nilai-nilai moral yang telah Allah SWT tetapkan dan logika serta rasional manusia yang diberikan Allah SWT kepada manusia.
Alhasil, berdasar sugesti terhadap suatu fenomena alam ini, menjadikan manusia tertipu dayanya oleh bisikan dan tidak kuatnya pilar keimanan yang dimiliki individu. Ini merupakan tugas berat bagi pemerintah dan masyarkat.
Oleh karena itu, diharapkan masyarkat tidak meyakini suatu fenomena alam dengan mengaitkan kepada sesuatu yang menyimpang dari nilai-nilai mulia dan logika berpikir. Setiap individu diharap mampu membredel pemikiran yang ditakutkan mentuhanka sesuatu yang lain selain Allah SWT.
Dalam suatu analisis, individu yang meyakini hal-hal yang kaitanya dengan mistik, terdapat suatu keinginan untuk membenarkan mistis tersebut, dan nantinya dijadikan nilai-nilai dalam kehidupanya. Bahkan, parahnya bisa menjadi sebuah budaya didalam suatu kelompok.
Lemahnya pendidikan, pengetahuan, ajaran logika rasional yang wajar, dan tidak masuknya pembelajaran agama dalam suatu kehidupan secara masif dan preventif, disinyalir menjadi penyebab timbulnya penyakit moral. Hingga akhirnya, lebih mengedepankan emosi tanpa pikiran kritis.
Tentu ini telah menjadi budaya berpikir masyarkat kita. Dan hal ini sangat disayangkan, oleh sebab itu harus ada pelurusan ahlak dan pembentukan karakter berbasis agama dalam membenahi penyakit yang timbul dimasyarakat kita.
Harus kita sadari, bahwasnya terdapat sebab-akibat dalam kehidupan ini. Dan, sunatullah yang Allah ciptakan bersifat pasti dan objektif. Maka, bila seseorang ingin sukses dalam hidupnya, diharapkan sadar akan potensi yang dimilikinya dan memberdayakan serta berusaha untuk mewujudkan harapan tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku. Hal itu juga berlaku dengan yang lainnya, bila seseorang ingin pintar, maka belajar. Jika ingin kaya, maka berusaha dan berdoa, dan seterusnya.
Adanya penyakit moral yang terjadi terkait fenomena alam ini, harus dikritisi dengan baik, dan jangan menelan bulat-bulat informasi yang tidak terbukti kebenaranya atau menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul Allah. Maka, adanya pendidikan nilai-nilai dan pemenuhan kebutuhan secara fisik dan spritual yang benar, diharapkan muncul dari setiap individu dan pemerintah selaku pemegang otoritas dalam negara ini. Untuk saling mengisi kekosongan antara individu.
Dengan tujuan itu, diharap dapat menyembuhkan penyakit moral yang terjadi terkait fenomena alam yang terjadi. Karena fenomena yang terjadi, semata-mata merupakan kebesaran Allah SWT. Bukan karena adanya kekuatan lain tanpa seizin-Nya.